askeb komprehensif ku

BAB I

PENDAHULUAN

 

 

1.1        Latar Belakang

Kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin dan nifas masih merupakan masalah besar negara berkembang termasuk Indonesia. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita usia subur disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas. WHO memperkirakan diseluruh dunia setiap tahunnya lebih dari 585.000 meninggal saat hamil atau bersalin (.www.depkes.go.id/2010)

WHO memperkirakan, sebanyak 37 juta kelahiran terjadi di kawasan Asia Tenggara setiap tahun, sementara total kematian ibu dan bayi baru lahir di kawasan ini diperkirakan AKI 170.000 dan AKB 1,3 juta per tahun. (http://nasional.kompas.com/2008)

Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)  terjadi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI)  dari 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. (www.kesehatanibu.depkes.go.id/2011)

Angka Kematian Bayi Baru Lahir (AKB) tidak pernah mengalami penurunan yang bermakna sejak tahun 2002 hingga 2007. Hal ini bisa dilihat dari hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI). Tahun 2002 adalah AKB 35/1.000 KH sedangkan hasil (SDKI) 2007 AKB 34/1.000 KH. Sedangkan target pencapaian Millenium Development Goals (MDGs), Depkes telah mematok target penurunan AKB di Indonesia dari rata-rata 36 meninggal per 1.000 kelahiran hidup menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup pada 2015. (http://waspada.co.id/2010)

Menurut Kepala Bidang Pelayanan Masyarakat Dinas Kesehatan Jawa Barat, Niken Budisastuti, jumlah ibu melahirkan pada 2010 di Jawa Barat sebanyak 685.274 orang. Sebanyak 794 orang ibu diantaranya meninggal dunia baik saat kehamilan, melahirkan maupun masa nifas. Sedangkan, kematian ibu saat melahirkan pada 2009 sebanyak 814 orang. (http://www.dinkes.dharmasrayakab.go.id/2011)

Angka kematian bayi (AKB) Provinsi Jawa Barat selama kurun waktu tahun 2005 hingga tahun 2008 mengalami penurunan, pada tahun 2005 AKB Provinsi Jawa Barat sebesar 40,87 per 1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2008 sebesar 38,51 per 1000 kelahiran hidup. (Robby Alexander Sirait, FE UI, 2010)

Berdasarkan data Bidang Kesehatan Keluarga dari Dinkes Kota Bogor, kematian bayi tahun 2009 ada 57 bayi dan hingga pertengahan tahun 2010 mencapai 36 bayi. Sedangkan kematian ibu tahun 2009 ada 11 ibu yang meninggal saat melahirkan dan hingga pertengahan tahun 2010 tercatat pula ada 6 ibu yang meninggal saat melahirkan. (http://bataviase.co.id/2010)

Salah satu faktor yang mepengaruhi kematian ibu ataupun bayi ialah kemampuan dan keterampilan penolong persalinan. Faktor lain adalah kurangnya pengetahuan dan adanya faktor risiko 3 terlambat yaitu terlambat mengambil keputusan di tingkat keluarga, terlambat merujuk karena masalah transportasi dan geografi, dan terlambat menangani dan 4 terlalu yaitu melahirkan terlalu muda (dibawah 20 tahun), terlalu tua (diatas 35 tahun), terlalu dekat (jarak melahirkan kurang dari 2 tahun) dan terlalu banyak (lebih dari 4 kali). (http://www.rspg-cisarua.co.id/2011)

Masyarakat (ibu hamil) bersedia memeriksakan kesehatan di tenaga kesehatan khususnya bidan untuk di daerah tetapi mereka cenderung memilih melahirkan di dukun di karenakan oleh faktor ekonomi.

Berbagai usaha untuk menurunkan AKI telah dilakukan, di antaranya program Safe Motherhood pada tahun 1988, Gerakan Sayang Ibu pada tahun 1996, dan Gerakan Nasional Kehamilan yang Aman atau Making Pregnancy Saver (MPS). (http://myhealing.wordpress.com/2010)

Dalam upaya menjamin akses pelayanan  persalinan yang dilakukan oleh dokter atau bidan dalam rangka menurunkan AKI dan AKB, maka pada tahun 2011 Kementerian Kesehatan meluncurkan upaya terobosan berupa Jaminan Persalinan (Jampersal). Jampersal dimaksudkan untuk menghilangkan hambatan finansial bagi ibu hamil untuk mendapatkan jaminan persalinan, yang di dalamnya termasuk pemeriksaan kehamilan, pelayanan nifas termasuk KB pasca persalinan, dan pelayanan bayi baru lahir. (http://www.kesehatanibu.depkes.go/2011)

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengkaji dan mengobservasi ibu hamil secara komprehensif dari mulai kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, dan keluarga berencana. Sehingga penulis mengambil kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. S Di BPS Bidan. R AM.Keb Cikaret Kota Bogor ”

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1     Kehamilan Normal

2.1.1        Pengertian kehamilan

Kehamilan adalah dimulai dari hasil konsepsi (bertemunya sel telur dengan sperma) dan berakhir dengan permulaan persalinan. (Anik Maryuani, Biologi Reproduksi, 2010, Hal 294)

Kehamilan adalah dimulai dari terjadinya konsepsi (pertemuan Antara spermatozoa dengan ovum yang terjadi pada masa subur) sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. (Abdul Bari Saifudin, dkk, Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, 2006, Hal 89).

Kehamilan nomal adalah masa kehamilan di mulai dari  konsepsi sampai  lahirnya  janin  lamanya   hamil  normal   adalah  280  hari   atau (40 minggu ), dan tidak lebih dari 300 hari ( 43 minggu ). (Wiknjosastro, Ilmu Kebidanan, 2006. Hal 125)

2.1.2        Tanda- Tanda Kehamilan

 Tanda-tanda kehamilan pada ibu hamil dibagi menjadi 3 bagian yaitu tanda tidak pasti, tanda kemungkinan, dan tanda pasti

a.          Tanda Tidak pasti (presemptive sign)

Tanda tidak pasti adalah perubahan – perubahan fisiologis yang dapat dikenali dari pengakuan atau yang dirasakan oleh wanita hamil. Tanda tidak pasti ini terdiri atas hal-hal berikut :

1.            Amenorea (berhentinya haid)

         Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de graaf dan ovulasi sehingga menstruasi tidak terjadi. Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi, penting diketahui tanggal hari pertama haid terakhir, supaya dapat ditentukan tuanya kehamilan dan perkiraan persalinan akan terjadi. Tetapi amenore juga dapat disebabkan oleh penyakit kronik tertentu, tumor pituitary, perubahan dan faktor lingkungan malnutrisi, dan biasanya gangguan emosional seperti ketakutan dalam kehamilan.

2.           Mual (nausea) dan muntah (emesis)

         Pengaruh estrogen dan progesterone terjadi pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Mual terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, disertai kadang – kadang oleh emesis. Sering terjadi pada pagi hari, tetapi tidak selalu. Mual muntah yang terjadi terutama pada pagi hari disebut morning sicknes. Dalam batas tertentu hal ini masih fisiologis. Bila terlampau sering, dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dan disebut hiperemesis gravidarum.

3.            Ngidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu)

         Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang demikian disebut ngidam. Ngidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan dan akan menghilang dengan makin tuanya kehamilan

4.            Syncope (pingsan)

         Terjadi gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan syncope atau pingsan. Hal ini sering terjadi terutama jika berada pada tempat yang ramai. Keadaan ini menghilang  setelah usia kehamilan 16 minggu.

5.            Payudara tegang

         Estrogen meningkatkan perkembangan system duktus pada payudara sedangkan progesteron menstimulasi perkembangan sistem alveolar payudara. Bersama somatomamotropin, hormon-hormon ini menimbulkan pembesaran payudara, menimbulakan perasaan tegang dan nyeri selama dua bulan pertama kehamilan, pelebaran puting susu, serta pengeluaran kolostrum.

6.            Sering Miksi

         Terjadi karena kandung kencing pada bulan-bulan pertama kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada triwulan kedua umumnya keluhan ini hilang oleh karena uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada akhir triwulan gejala bisa timbul karena janin mulai masuk kerongga panggul dan menekan kembali kandung kencing.

7.            Konstipasi atau obstipasi

         Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus (tonus otot menurun) sehingga kesulitan untuk BAB.

8.            Pigmentasi kulit

         Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih  dari 12 minggu. Terjadi akibat pengaruh hormon kortikosteroid plasenta yang merangsang melanofor dan kulit

a)   Sekitar pipi : cloasma gravidarum (penghitaman pada daerah dahi, hidung, pipi, dan leher)

b)   Sekitar leher  :  tampak lebih hitam

c)   Dinding perut: striae lividae/gravidarum (terdapat pada seorang primigravida, warnanya membiru), striae nigra, linea alba menjadi lebih hitam (linea grisea/nigra)

d)  Sekitar payudara : hiperpigmentasi areola mammae sehingga terbentuk areola sekunder. Pigmentasi areola ini berbeda pada tiap wanita, ada yang merah muda pada wanita kulit putih, coklat tua pada wanita kulit coklat, dan hitam pada wanita kulit hitam. Selain itu, kelenjar montgomeri menonjol dan pembuluh darah menifes sekitar payudara

e)   Epulis

Hipertrofi papilla ginggivae/gusi, sering terjadi pada triwulan pertama.

9.         Varices

         Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pelebaran pembuluh darah terutama bagi wanita yang mempunyai bakat. Varices dapat terjadi disekitar genitalia eksterna, kaki dan betis serta payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat hilang setelah persalinan.

b.         Tanda Kemungkinan (Probility Sign)

Tanda kemungkinan adalah perubahan-perubahan fisiologis yang dapat diketahui oleh pemeriksaan fisik pada wanita hamil. Tanda kemungkinan ini terdiri atas hal-hal berikut :

1.   Pembesaran perut

            Terjadi akibat pembesaran uterus ini biasanya terjadi pada bulan keempat kehamilan.

2.   Tanda Hegar

Adalah pelunakan dan dapat ditekannya istmus uteri

3.   Tanda Goodel

            Adalah perlunakan servik. Pada wanita yang tidak hamil servik seperti ujung hidung, sedangkan pada wanita hamil melunak seperti bibir.

4.   Tanda chadwicks

            Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan mukosa vagina langsung termasuk juga porsio dan servik.

5.   Tanda Piscaseck

            Merupakan perubahan uterus yang tidak simetris. Terjadi karena ovum berimplantasi pada daerah dekat dengan kornu sehingga daerah tersebut berkembang lebih dulu.

 

6.   Kontraksi Braxton Hicks

            Merupakan peregangan sel-sel otot uterus, akibat meningkatnya actomysin  di dalam otot uterus. Kontraksi ini tidak beritmik, sporadis, tidak nyeri biasanya timbul pada kehamilan 8 minggu, tetapi baru dapat diamati dari pemeriksaan abdominal pada trimester ketiga. Kontraksi ini akan terus meningkat frekuensinya, lamanya, dan kekeuatannya sampai mendekati persalinan.

7.   Teraba ballottement

            Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan janin bergerak dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan pemeriksa. Hal ini harus ada pada pemeriksaan kehamilan karena perabaan bagian seperti bentuk janin saja tidak cukup karena dapat saja merupakan myoma uteri. 

8.   Pemeriksaan tes biologis kehamilan (planotest) positif

            Pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi adanya Human Chorionic Gonadotropin (HCG) yang diproduksi oleh sinsiotropoblastik sel selama kehamilan. Hormon ini disekresi di peredaran darah ibu (pada plasma darah), dan di eksresi pada urine ibu. Hormon ini dapat mulai di deteksi pada 26 hari setelah konsepsi dan meningkat dengan cepat pada hari ke 30-60. Tingkat tertinggi pada hari 60-70 usia gestasi, kemudian menurun pada hari ke 100-130.

c.          Tanda pasti (Positive Sign)

     Tanda pasti adalah tanda yang menunjukkan langsung keberadaan janin, yang dapat dilihat langsung oleh pemeriksa. Tanda pasti kehamilan terdiri atas hal-hal berikut ini.

1.       Gerakan janin dalam rahim

           Pada primigravida bisa dirasakan ketika kehamilan berusia 18 minggu, sedangkan pada multigravida di usia 16 minggu. Terlihat atau teraba gerakan janin dan bagian-bagian janin. (Asrinah, Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan, 2010, Hal 78)

2.       Denyut jantung janin

           Dapat didengar pada usia 12 minggu dengan menggunakan alat fetal electrocardiograf (misalnya dopler). Dengan stetoskop leanec, DJJ baru dapat didengar pada usia 18-20 minggu.

3.       Bagian-bagian janin

           Bagian-bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan bokong) serta bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba dengan jelas  pada usia kehamilan lebih tua (trimester terakhir). Bagian janin ini dapat dilihat lebih sempurna lagi menggunakan USG.

4.       Kerangka janin

           Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG.

(Ummi Hani, Asuhan Kebidanan pada Kahamilan Fisiologis, 2011, Hal 71-75).

2.1.3        Perubahan  Anatomi dan Fisiologik Pada Wanita Hamil

a.          Uterus

        Uterus akan membesar pada bulan – bulan pertama di bawah pengaruh estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat. Yang disebabkan oleh hipertrofi otot polos uterus, disamping itu serabut-serabut kolagen yang ada pun menjadi higroskopik akibat meningkatanya kadar estrogen sehingga uterus dapat mengikuti pertumbuhan janin.

        Berat uterus normal ± 30 gram, pada akhir kehamilan 40 minggu berat uterus ini menjadi 1000 gram, dengan panjang ± 20 cm dan dinding ± 2,5 cm.

        Pada kehamilan 8 minggu uterus membesar sebesar telur bebek, pada kehamilan 12 minggu kira-kira sebesar telur angsa. Pada usia kehamilan  12 minggu fundus uteri dapat diraba dari luar, di atas simpisis. Pada kehamilan 16 minggu uterus kira-kira sebesar tinju orang dewasa, dari luar fundus uteri kira-kira terletak diantara setengah jarak pusat kesimpisis. Pada kehamilan 20 minggu  fundus uteri berada tepat di pinggir atas pusat. Pada kehamilan 28 minggu fundus uteri terletak kira-kira 3 jari diatas pusat atau sepertiga jarak antara pusat ke prosessus xifoideus. Pada kehamilan 32 minggu fundus uteri terletak diantara setengah jarak pusat dan prosessus xifoideus. Pada kehamilan 36 minggu fundus uteri terletak kira-kira 1 jari dibawah prosessus xipoedeus. Dalam hal ini, kepala bayi masih berada di pintu atas panggul

        Jika pengukuran tinggi fundus uteri dalam cm dikaitkan dengan umur kehamilan perlu pula dikaitkan dengan besarnya dan beratnya janin. Bila pertumbuhan janin normal maka tinggi fundus uteri pada kehamilan 28 minggu sekurangnya 25 cm, pada 32 minggu 27 cm, pada 36 minggu 30 cm. pada kehamilan 40 minggu fundus uteri turun kembali dan terletak kira-kira 3 jari dibawah prosesus xipoideus. Hal ini disebabkan oleh kepala janin yang pada primigravida turun dan masuk kedalam rongga panggul. 

b.         Servik uteri

        Servik uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormon estrogen. Jika korpus uteri mengandung lebih banyak jaringan otot, maka serviks lebih banyak mengandung jaringn ikat, hanya 10% jaringn otot. Jaringan ikat pada serviks ini banyak mengandung kolagen. Akibat  kadar estrogen meningkat, dan dengan adanya hipervaskularisasi maka konsistensi servik menja di lunak. Kelenjar- kelenjar di servik akan berfungsi lebih dan akan mengeluarkan sekresi lebih banyak. Kadang-kadang wanita yang sedang hamil mengeluh mengeluarkan cairan pervaginan lebih banyak. Keadaan ini sampai batas tertentu masih merupakan keadan yang fisiologi.

c.          Vagina dan Vulva

        Vagina dan vulva akibat hormon estrogen mengalami perubahan-perubahan. Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva nampak lebih merah, agak kebiru-biruan (livide). Tanda ini di sebut tanda Chadwick. Warna porsio pun tampak livide.  Pembuluh pembuluh darah alat gentalia interna akan membesar. Hal ini dapat di mengerti karena oksigenasi dan nutrisi pada alat-alat genetalia tersebut meningkat.

d.         Ovarium

        Pada permulaan kehamilan masih terdapat corpus luteum graviditatis sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu. Corpus luteum gravitates berdiameter kira-kira 3cm. Kemudian, ia mengecil setelah plasenta terbentuk. Seperti yang telah di kemukakan corpus luteum ini mngeluarkan hormon estrogen dan pogesteron lambat laun Fungsi ini di ambil oleh plasenta. Pada awal ovulasi hormon relaxin, suatu immunoreaktif inhibin dalam sirkulasi maternal. Diperkirakan corpus luteum adalah tempat sintesis dari relaxin pada awal kehamilan. Kadar relaxin di sirkulasi maternal dapat di tentukan dan meningkat dalam trimester pertama. Relaxin mempunyai pengaruh menenangkan hingga pertumbuhan janin menjadi baik hingga aterm.

e.          Mammae

        Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon somatomammotropin, estrogen, dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Estrogen menimbulkan hipertrofi sistem saluran, sedangkan progesterone menambah sel-sel asinus pada mammae. Somatomammotropin mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinus pula dan menimbulkan perubahan dalam sel-sel, sehingga terjadi pembuatan kasein, laktalbumin, dan laktoglobulin. Dengan demikian, mammae dipersiapkan untuk laktasi. Disamping itu dibawah pengaruh progesteron dan somatomammotropin, terbentuk lemak disekitar kelompok – kelompok  alveolus, sehingga mammae menjadi besar. Papilla mammae akan membesar, lebih tegak, dan tampak lebih hitam, seperti seluruh areola mammae karena hiperpigmentasi. Glandula Montgomery tampak lebih jelas menonjol dipermukaan areola mammae. Pada kehamilan 12 minggu keatas dari puting susu dapat keluar cairan berwarna putih agak jernih, disebut kolostrum. Kolostrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang nilai bersekresi. Sesudah partus, kolostrum ini agak kental dan warnanya agak kuning. Meskipun kolostrum telah dapat dikeluarkan, pengeluaran air susu belum dapat berjalan oleh karena prolaktin ini ditekan oleh PIH (prolaktine inhibiting hormone)

f.          Sirkulasi darah

        Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke plasenta. Uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang membesar pula, mammae dan alat-alat lain yang memang berfungsi berlebihan dalam kehamilan. Volume darah ibu dalam kehamilan bertambah banyak secara fisiologik dengan adanya pencairan darah yang disebut hidremia. Volume darah akan bertambah banyak, kira-kira 25 %, dengan puncak kehamilan 32 minggu, di ikuti dengan cardiac output yang meninggi sebanyak kira-kira 30 %. Akibat hemodilusi tersebut,  yang mulai jelas timbul pada kehamilan 16 minggu, ibu yang mempunyai penyakit jantung dapat jatuh dalam keadaan dekompensasi kordis yaitu kegagalan jantung dalam upaya untuk mempertahankan peredaran darah sesuai dengan kebutuhan tubuh.

g.         Sistem Respirasi

        Wanita hamil biasanya mengeluh tentang rasa sesak dan pendek nafas. Hal ini ditemukan pada kehamilan 32 minggu  keatas oleh karena usus-usus tertekan oleh uterus yang membesar kearah diafragma, sehingga diafragma kurang leluasa bergerak. Untuk memenuhi kebutuhan kadar oksigen yang meningkat kira-kira 20 %, seorang wanita hamil selalu bernafas lebih dalam dan bagian bawah toraknya juga melebar ke sisi, yang sesudah partus kadang-kadang menetap jika tidak dirawat dengan baik.

h.         Traktus digestivus

        Pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek (nausea). Mungkin ini akibat hormon estrogen yang meningkat. Tonus otot-otot traktus digestivus menurun, sehingga motilitas seluruh traktus digestivus juga berkurang. Makanan lebih lama berada didalam lambung dan apa yang telah dicerna  lebih lama berada dalam usus-usus. Hal ini mungkin baik untuk resorpsi, akan tetapi meninmbulkan pula obstipasi, yang merupakan keluhan utama ibu hamil. Tidak jarang dijumpai pada bulan-bulan pertama kehamilan gejala muntah (emesis). Biasanya terjadi pada pagi hari, dikenal sebagai morning sicknes. Emesis, bila terlampau sering dan terlalu banyak dikeluarkan, disebut hipermesis gravidarum, keadaan ini patologik. Saliva adalah pengeluaran air liur berlebihan dari pada biasa. Bila terlampau banyak, ini pun menjadi patologik.

i.           Traktus urinarius

        Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan oleh uterus yang mulai membesar, sehingga timbul sering kencing. Keadaan ini hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun kebawah pintu atas panggul, keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing mulai tertekan kembali. Dalam kehamilan ureter kanan dan kiri membesar  karena pengaruh progesteron. Akan tetapi ureter kanan lebih membesar dari pada ureter kiri, karena mengalami lebih banyak tekanan dibandingkan dengan ureter kiri. Hal ini disebabkan oleh karena uterus lebih sering memutar kearah kanan. Mungkin karena orang bergerak lebih sering menggunakan tangan kanannya, atau disebabkan oleh letak kolon dan sigmoid yang berada dibelakang kiri uterus. Akibat tekanan pada ureter kanan tersebut, lebih sering dijumpai hidroureter dextra dan pielitis dextra. Disamping sering kencing juga biasanya terdapat poliuria yang disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi darah di ginjal pada kehamilan, sehingga filtrasi di glomerulus juga meningkat sampai 69 %. Reabsorpsi di tubulus tidak berubah, sehingga lebih banyak dapat dikeluarkan urea, asam uric, glukosa, asam amino, asam folik dalam kehamilan.  

j.           Kulit

        Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat-alat terentu. Pigmentasi ini disebabkan oleh pengaruh Melanophore Stimulating Hormon (MSH) yang meningkat. MSH ini adalah salah satu hormone yang dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis. Kadang-kadang terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi, hidung, dikenal sebagai kloasma gravidarum. Di daerah leher sering terdapat hiperpigmentasi yang sama, juga di areola mamma. Linea alba pada kehamilan menjadi hitam, dikenal sebagai linea grisea. Tidak jarang di jumpai perut seolah-olah retak-retak , warnanya berubah agak hiperemik dan kebiru-biruan, disebut striae livide. Setelah partus, striae livide ini berubah warnanya menjadi putih dan disebut striae albican. Pada seorang multigravida sering tampak striae bersama dengan striae albican. 

k.         Metabolisme dalam kehamilan

         Pada wanita hamil basal metabolic rate (BMR) meninggi, system endokrin juga meninggi, dan tampak  lebih jelas kelenjar gondoknya (glandula tireodea). BMR meningkat hingga 15-20% yang umumnya ditemukan pada triwulan terakhir. Kalori yang dibutuhkan untuk itu diperoleh terutama dari pembakaran hidrat arang, khususnya sesudah kehamilan 20 minggu ke atas.  

         Protein diperlukan sekali dalam kehamilan untuk perkembangan badan, alat kandungan, mamma, dan untuk janin dan dapat disimpan pula untuk kelak dapat dikeluarkan pada laktasi. Janin membutuhkan 30-40 gram kalsium untuk pembentukan tulang-tulangnya dan ini terjadi pada trimester terakhir. Makanan tiap harinya diperkirakan 0,2 – 0,7 gram kalsium tertahan dalam badan untuk keperluan selama hamil. Ini telah cukup untuk pertumbuhan janin tanpa mengganggu kalsium ibu. Wanita dalam kehamilan memerlukan tambahan besi sekitar 800 mg.

        Mengenai lemak telah dikemukakan bahwa hormon somatomammotropin mempunyai peranan dalam pembentukan lemak dan mammae. Lemak terhimpun pula pada badan, paha, dan lengan. Kadar kolesterol dapat meningkat sampai 350 mg atau lebih per 100 ml

        Berat badan wanita hamil akan naik kira-kira diantara 6,5 – 16,5 kg rata-rata 12,5 kg. kenaikan berat badan ini terjadi terutama dalam kehamilan 20 minggu terakhir. Kenaikan berat badan yang terlalu banyak sering ditemukan pada pre-eklamsia dengan akibat peningkatan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. Normalnya berat badan naik perbulan adalah 2 kg  setelah usia kehamilan 20 minggu keatas. Dan  adanya penurunan berat badan dalam bulan terakhir dianggap sebagai suatu tanda yang baik. Kenaikan berat badan dalam kehamilan  disebabkan oleh hasil konsepsi seperti fetus, plasenta dan likuor amni, dan dari ibunya sendiri seperti uterus dan mammae yang membesar, volume darah yang meningkat, lemak dan protein lebih banyak, dan akhirnya ada retensi air.

(Wiknjosastro, Ilmu Kebidanan, 2006,  Hal : 93-99 )

2.1.4        Perubahan dan Adaptasi Psikologis pada Kehamilan

a.             Trimester pertama

         Segera setelah terjadi peningkatan hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh maka akan muncul berbagai macam ketidaknyamanan secara psikologis pada ibu misalnya mual muntah, keletihan, dan pembesaran pada payudara. Hal ini akan  memicu perubahan psikologi seperti berikut ini :

1.       Ibu untuk membenci kehamilannya, merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan, dan kesedihan

2.       Mencari tahu secara aktif apakah memang benar-benar hamil dengan memperhatikan perubahan pada tubuhnya dan sering kali memberitahukan orang lain apa yang dirahasiakannya.

3.       Hasrat melakukan seks berbeda-beda pada setiap wanita. Ada yang meningkat libidonya, tetapi ada juga yang mengalami penurunan. Pada wanita yang mengalami penurunan libido, akan menciptakan suatu kebutuhan untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan suaminya. Banyak wanita hamil yang merasakan kebutuhan untuk dicintai dan mencintai, tetapi bukan dengan seks. Sedangkan, libido yang sangat besar dipengaruhi oleh kelelahan, rasa mual, pembesaran payudara, keprihatinan, dan kekhawatiran. Sedangkan, bagi suami sering kali membatasi hubungan suami istri karena takut mencederai istri dan calon bayinya. Hal ini perlu komunikasi lebih lanjut jika dihidupkan dengan istri yang mempunyai libido yang tinggi atau meningkat.

4.       Sedangkan bagi suami sebagai calon ayah akan timbul kebanggaan, tetapi bercampur dengan keprihatinan akan kesiapan untuk mencari nafkah bagi keluarga.

 

b.            Trimester kedua

                   Trimester kedua sering disebut periode pancaran kesehatan, biasanyan ibu merasa sehat dan sudah terbiasa dengan kadar hormon yang tinggi, serta rasa tidak nyaman akibat kehamilan sudah mulai berkurang. Perut ibu pun belum terlalu besar sehingga belum dirasakan ibu sebagai beban. Ibu sudah menerima kehamilannya dan dapat mulai menggunakan energi dan pikirannya secara lebih kontruktif. Pada trimester ini pula ibu dapat merasakan gerakan janinnya dan ibu mulai merasakan kehadiran bayinya sebagai seseorang diluar dirinya dan dirinya sendiri. Banyak ibu yang merasa terlepas dari rasa kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang dirasakanya pada trimester pertama dan merasakan meningkatnya libido.

c.             Trimester Ketiga

         Trimester ketiga biasanya disebut periode menunggu dan waspada sebab pada saat itu ibu tidak sabar menunggu kehadiran bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan 2 hal yang mengingatkan ibu akan bayinya. Kadang-kadang ibu merasakan khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-waktu. Ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala terjadinya persalinan pada ibu. Seringkali ibu merasakan khawatir atau takut kalau-kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak normal. Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau benda apa saja yang dianggap membahayakan bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan. Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek. Selain itu, ibu juga merasa sedih karena akan berpisah dengan bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil. Pada trimester ini, ibu memerlukan ketenangan dan dukungan dari suami, keluarga, dan bidan. Trimester ini juga saat persiapan aktif untuk kelahiran bayinya dan menjadi orang tua. Keluarga mulai menduga-duga apakah bayi mereka laki-laki atau perempuan dan akan mirip siapa. Bahkan sudah mulai memilih nama untuk bayi mereka.

(Ummi Hani, Asuhan Kebidanan pada Kahamilan Fisiologis, 2011, Hal 68-69).

2.1.5        Ketidaknyamanan dalam Kehamilan

a.             Rasa mual dan muntah

          Disebabkan peningkatan hormon HCG dan estrogen dan progestron, relaksasi otot-otot halus, metabolisme, perubahan dalam metabolisme karbohidrat, keletihan, mekanikal, kongesti, peradangan, penggembungan dan pergeseran. Dapat diatasi dengan menghindariatau aktor-faktor penyebab, makan biskuit kering atau roti bakar sebelum bangkit dari tempat tidur di pagi hari, makan sedikit-sedikit tapi sering, duduk tegak setiap kali selesai makan, hindari makanan yang berminyak dan berbumbu keras.

b.             Pusing

          Disebabkan karena hipertensi postural yang berhubungan dengan perubahan-perubahan hemodinamis. Dapat diatasi dengan bangun secara perlahan dari posisi istirahat, hindari berdiri terlalu lama dalam lingkungan yang hangat atau sesak, hindari berbaring dalam posisi terlentang.

c.             Cloasma

          Disebabkan karena kecenderungan genetis, peningkatan kadar estrogen dan mungkin progesteron. Dapat dikurangi atau dicegah dengan menghindari sinar matahari berlebihan selama masa kehamilan, menggunakan bahan pelindung non alergis.

d.            Sakit pinggang atas dan bawah

          Dapat dikurangi dengan gunakan mekanisme tubuh yang baik untuk mengangkat benda, gunakan BH yang pas dan menopang, berlatih dengan mengangkat panggul, hindari menggunakan sepatu berhak tinggi, gunakan kasur keras untuk tidur, gunakan bantal untuk meluruskan punggung.

e.             Nocturia / sering kencing

          Ketidaknyamanan ini terjadi pada kehamilan trimester pertama dan ketiga, disebabkan karena tekanan uterus pada kantung kemih, ekskresi sodium yang meningkat bersamaan terjadinya dengan pengeluaran air. Air dan sodium tertahan didalam tungkai bawah selama  siang hari karena stasis vena, pada malam hari terdapat aliran balik vena yang meningkat dengan akibat peningkatan dalam jumlah out put air seni. Cara mencegah/mengatasinya yaitu penjelasan tentang sebab-sebabnya, kosongkan saat terasa dorongan untuk BAK, perbanyak minum pada siang hari, jangan kurangi minum malam hari kecuali sangat mengganggu.

d.            Edema dependen

          Dapat dikurangi/dicegah dengan hindari posisi berbaring, hindari posisi tegak untuk waktu lama, masa istirahat dalam posisi terlentang samping kiri sampai dengan kaki agak diangkat, angkat kaki ketika duduk atau istirahat, latihan kaki ditekuk, hindari kaos kaki ketat.

 

 

e.             Gatal-gatal

          Disebabkan oleh hipersensivitas alergen plasenta. Dapat dikurangi dengan kompres mandi siram air jeruk, gunakan cara mandi oatmeal, pertimbangkan penggunaan obat luar atau antipruritik, evaluasi jika ada gangguan atau penyakit kulit.

f.              Hemorroid

          Disebabkan karena konstipasi, tekanan yang meningkat dari uterus terhadap vena hemoroida. Dapat dikurangi atau dicegah dengan hindari konstipasi, gunakan kompres panas dan dingin, mandi sitz, dengan perlahan masukan kembali kedalam rektum seperlunya.

g.             Keputihan

          Disebabkan karena hyperplasia mukosa vagina, peningkatan produksi lendir dan kelenjar endoservikal sebagai akibat dari peningkatan kadar estrogen. dapat diatasi atau dicegah dengan meningkatkan kebersihan, pakaian dalam menggunakan bahan katun jangan gunakan nilon, cara cebok dari arah vagina ke belakang, selalu keringkan vulva setelah BAB atau BAK, ganti celana dalam setiap kali basah, hindari semprotan air.

h.             Keringat bertambah

          Disebabkan karena kelenjar apokrin meningkat kemungkinan akibat perubahan hormonal, aktivitas kelenjar tiroid yang meningkat, berat badan dan kegiatan metabolik yang meningkat. Dapat dicegah dengan menggunakan pakaian yang tipis dan longgar, banyak minum, mandi secara teratur.

i.               Konstipasi

          Terjadi pada kehamilan trimester kedua dan ketiga, dasar fisiologinya peningkatan kadar progesteron yang menyebabkan  peristaltik usus menjadi lambat. Penurunan motilitas sebagai akibat dari relaksasi otot-otot halus, penyerapan air dari kolon meningkat. Tekanan dari uterus yang membesar pada usus, suplemen zat besi, diet (kurang senam/exercise penurunan kadar cairan. Dapat dikurangi/ dicegah dengan tingkatkan intake cairan dan seat dalam diet, minum cairan dingin, istirahat cukup, senam, buang air teratur, BAB setelah ada dorongan.

j.               Hiperventilasi/ sesak napas

          Disebabkan oleh peningkatan kadar progesterone sehingga berpengaruh secara langsung pada pusat pernafasan untuk menurunkan kadar CO2 serta meningkatkan kadar O2, meningkatkan aktivitas metabolik menyebabkan peningkatan kadar CO2, uterus membesar dan menekan pada diafragma. Dapat dikurangi atau dicegah dengan jelaskan penyebabnya, atur pernapasan sehingga tetap dalam keadaan normal, berdiri dengan tangan direntangkan diatas kepala kemudian ambil napas panjang, berusaha untuk nafas diantara rusuk.

( Rukiyah, Asuhan Kebidanan I, 2009, Hal  134)

2.1.6        Pemantauan Khusus Trimester

Kunjungan antenatal yang dilakukan menurut WHO sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan, yaitu :

a.       Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu )

b.      Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara 14-28 minggu

c.       Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan sesudah minggu ke 36 ). (Kusmiyati, Perawatan Ibu Hamil,  2009, Hal 168)

Tabel 2.1

Tabel kunjungan antenatal care yang ideal

Kunjungan

Waktu

Informasi Penting

Trimester

I

( dilakukan setiap bulan)

Sebelum minggu ke-14

      Membina hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil.

      Mendeteksi masalah dan mengatasinya

      Memberitahukan hasil pemeriksaan dan usia kehamilan

      Mengajari ibu cara mengatasi ketidaknyamanan

      Mengajarkan dan mendorong perilaku hidup sehat

      Memberikan imunisasi tetanus toxoid dan tablet besi

      Memulai mendiskusikan persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi kegawatdaruratan

      Menjadwalkan kunjungan berikutnya

      Mendokumentasikan pemeriksaan dan asuhan

Trimester

II

( dilakukan setiap bulan)

Sebelum minggu ke- 28

      Sama seperti di atas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklamsi  (Tanya ibu tentang gejala-gejala preeklamsi, pantau tekanan darah, evakuasi edema, periksa untuk mengetahui proteinuria )

Trimester

III

(dilakukan 2 minggu sekali)

Antara minggu ke 28-36

      Sama seperti di atas, ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda.

Trimester

III

(dilakukan 1 minggu sekali)

Setelah 36 minggu

      Sama seperti di atas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak bormal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit

Apabila ibu mengalami masalah/ komplikasi / kegawatdaruratan

      Diberikan pertolongan awal sesuai dengan masalah yang timbul

      Pasien dirujuk ke dokter SpOG / RSU untuk konsultasi / kolaborasi dan melakukan asuhan tindak lanjut sesuai dengan diagnose

               Sumber : Kusmiyati, 2009 : 168

 

2.1.7        ANC

Antenatal care adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetri untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan. (Sarwono, Ilmu Kebidanan, 2009, Hal 278)

Asuhan antenatal merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal. (Saifudin, Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, 2006, Hal 89)

2.1.8        Tujuan ANC

a.       Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.

b.      Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi.

c.       Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan   atau  komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.

d.      Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

e.       Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif.

f.       Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

( Saifudin, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2006, Hal 90).

2.1.9        Standar Asuhan Kehamilan             

Pelayanan atau standar minimal asuhan kehamilan adalah sebagai berikut :

a.   Timbang Berat Badan

         Secara perlahan berat badan ibu hamil akan mengalami kenaikan antara 9-13 kg sekama kehamilan atau sama dengan 0,5 kg per minggu atau 2 kg dalam satu bulan. Penambahan paling banyak terjadi pada trimester ke II kehamilan.

                           Pertanda bahaya.

1)      Tubuh ibu sangat kurus atau tidak bertambah (paling sedikit 9 kg) selama kehamilan

2)      Tubuh ibu sangat gemuk atau bertambah lebih dari 19 kg selama kehamilan

3)      Berat ibu hamil secara tiba-tiba lebih dari 0,5 kg dalam satu minggu atau lebih dari 2 kg dalam satu bulan.

Penambahan berat badan ibu selama kehamilan sebagian besar terdiri  atas penambahan BB bayi, plasenta, serta air ketuban dan sebagian lagi berasal dari penambahan BB ibu sendiri

b. Ukur Tekanan Darah

         Tekanan darah normal antara 90/60 hingga 140/90 mmhg dan tidak banyak meningkat selama kehamilan. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan banyak masalah dalam kehamilan aliran darah dari plasenta kebayi juga mengalami gangguan sehingga penyaluran oksigen serta makanan terhambat, yang menyebabkan gangguan pertumbuhan (IUFD) dan sebagainya.

c. Ukur Tinggi Fundus Uteri

         Uterus semakin lama semakin membesar seiring dengan penambahan usia kehamilan, pemeriksaan tinggi fundus uteri dilakukan dengan membandingkan HPHT (hari pertama haid terakhir). Dan diukur dengan menggunakan palpasi  (metode jari) atau meteran terhadap TFU. Uterus bertumbuh kira-kira 2 jari per bulan.

Pertanda bahaya :

1)         Bagian atas uterus tidak sesuai dengan batas tanggal kehamilannya dari HPHT

2)         Pembesaran uterus lebih atau kurang dari 2 jari perbulan.

d. Imunisasi TT (Tetanus Toxoid)

         Imunisasi TT perlu diberikan pada ibu hamil guna memberikan kekebalan pada janin terhadap infeksi tetanus (Tetanus Neonatorum) pada saat persalinan, maupun postnatal. Menurut WHO, jika seorang ibu belum pernah mendapatkan imunisasi TT selama hidupnya, maka ibu tersebut minimal mendapatkan paling sedikit 2 kali injeksi selama kehamilan (pertama saat kunjungan antenatal pertama dan kedua, empat minggu setelah kunjunagn pertama). Dosis terakhir diberikan sebelum dua minggu persalinan untuk mendapatkan efektifitas dari obat.

Tabel 2.2. Pemberian imunisasi TT

 

Antigen

Interval

(selang waktu minimal)

Lama Perlindungan

% Perlindungan

TT1

Pada kunjungan antenatal pertama

TT2

4 minggu setelah TT1

3 tahun

80

TT3

6 bulan setelah TT2

5 tahun

95

TT4

1 tahun setelah TT3

10 tahun

99

TT5

1 tahun setelah TT4

25 tahun/ seumur hidup

99

Sumber: Saifudin, Abdul Bahri, 2002

e.    Pemberian Tablet Zat Besi (minimum 90 tablet selama kehamilan)

         Selama kehamilan ibu hamil harus mendapatkan 90 tablet penambah darah (fe), karena sulit untuk mendapatkan zat besi dengan jumlah yang cukup dari makanan. Untuk mencegah anemia seorang wanita sebaiknya mengkonsumsi sedikit 60 mg zat besi (mengandung FeSO4 320 mg) dan 1 mg asam folat setiap hari. Akan tetapi jika ibu tersebut sudah menderita anemia, maka sebaiknya mengkonsumsi 2 tablet besi dan 1 asam folat perhari. Zat besi penting untuk mengompensasi peningkatan volume darah yang terjadi selama kehamilan dan untuk memastikan pertumbuhan serta perkembangan janin yang adekuat  

f.   Tes Terhadap PMS (Penyakit Menular Sexual)

         PMS yang terjadi selama kehamilan berlangsung akan menyebabkan kelainan atau cacat bawaan pada janin dengan segala akibatnya, oleh karena itu tes terhadap PMS perlu dilakukan agar dapat didiagnosis secara dini dan memdapatkan pengobatan secara tepat.

g. Temu Wicara Dalam Rangka Persiapan Rujukan

         Temu wicara mengenai persiapantentang segala sesuatu yang kemungkian terjadi selama kehamilan penting dilakukan. Hal ini penting karena bila terjadi komplikasi dalam kehamilan, ibu dapat segera mendapat pertolongan secara tepat, karena kematian ibu sering terjadi karena 3T yaitu :

1)   Terlambat mengenali bahaya

2)   Terlambat untuk dirujuk

3)   Terlambat mendapat pertolongan yang memadai

(Hani, dkk, Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis, 2011, Hal 9-12)

2.1.10    Asuhan Kehamilan

1.   Anamnesis

a.    Identitas klien meliputi : umur, pendidikan, pekerjaan, suku/budaya, agama, identitas suami, dan alamat.

b.    Riwayat kesehatan sekarang

1.    Keluhan utama, ditanyakan untuk mengetahui alasan klien datang, apakah untuk memeriksakan kehamilan atau untuk memeriksa keluhan lain.

2.    Riwayat kesehatan personal, ditanyakan untuk mengetahui karakteristik personal termasuk hubungan klien dengan orang lain, riwayat pengobatan termasuk apakah klien mempunyai riwayat penyakit menular/keturunan.

3.    Riwayat menstruasi, ditanyakan untuk mengetahui tentang faal alat reproduksi, hal yang dikaji adalah usia menarche, siklus, lama menstruasi, nyeri, perdarahan intramenstruasi, problem prosedur (missal : amenorrhoe, perdarahan irregular)

4.    Riwayat seksual, ditanyakan untuk mengetaui penggunaan kontrasepsi klien serta masalah yang dialami selama penggunaannya, penyakit transmisi seksual jika ada.

5.    Riwayat ginekologi, ditanyakan untuk mengetahui adanya resiko penyakit menular atau diturunkan, kelainan-kelainan dalam genetik.

c.    Riwayat obstetrik

Ditanyakan untuk mengetahui riwayat kehamilan sebelumnya misalnya adanya komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, faktor resiko.

1.    Paritas klien, dituliskan dengan G…P…A… dimana G adalah Gravida (jumlah kehamilan sampai kehamilan saat ini, P adalah paritas (jumlah kelahiran) dan Abortus yaitu berapa kali ibu mengalami abortus pada kehamilan sebelumnya.

2.    HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) ditanyakan untuk memperkirakan tanggal persalinan. Apabila siklus menstruasi 28 hari, HPL (Hari Perkiraan Lahir) dapat dihitung dengan menambahkan 7 pada tanggal, mengurangi 3 atau menambah 9 pada bulan, dan menambah 1 atau tetap pada tahun (+7, -3, +1) / (+7, +9), sementara kalau siklus menstruasi 35 hari maka tanggal ditambahkan 14 (+14, -3, +1) tahun atau tetap.

3.    Usia kehamilan dituliskan dalam minggu.

4.    Gerakan janin pertama kali, ditanyakan untuk mengetahui gerak janin yang pertama dirasakan ibu pada umur kehamilan berapa mingu dan mengetahui masalah yang mungkin terjadi pada janin yang dikandung.

5.    Keluhan yang dialami selama kehamilan.

6.    Pengobatan atau obat-obatan yang digunakan sejak kehamilan, paparan terhadap penyakir khususnya rubella dan penyakit imun, sakit yang dialami selama/sejak kehamilan, paparan terhadap toksin di tempat kerja (bila bekerja/di tempat tinggal) diperlukan untuk mengetahui efek yang di timbulkan dari masalah tersebut pada kehamilan.

7.    Reaksi dan adaptasi terhadap kehamilan, reaksi dan adaptasi terhadap kehamilan bagi pasangan dan keluarga, hubungan suami dengan klien dan keluarga, ditanyakan untuk mengetahui penerimaan klien, pasangan, dan keluarga terhadap kehamilan yang dapat mempengaruhi pemeliharaan kehamilan.

d.   Kebutuhan dasar sehari-hari

1.    Nutrisi, tanyakan pada klien jenis, kesukaan, pantangan, intake untuk mengetahui pemenuhan nutrisi selama hamil.

2.    Eliminasi, tanyakan pada klien perubahan yang terjadi baik BAB maupun BAK selama hamil.

3.    Aktivitas dan latihan, tanyakan ada gangguan atau tidak.

4.    Istirahat –  tidur, tanyakan tentang pola, lama, dan gangguan tidur baik pada waktu siang maupun malam.

5.    Seksualitas tanyakan tentang pendidikan seksual dan kesiapan fungsi seksual, konsep seksual diri dan identitas, sikap terhadap seksualitas, efek terhadap kehamilan.

6.    Persepsi dan kognitif, kaji tentang status mental, pendengaran, berbicara, penciuman, perabaan, kejang, dan nyeri.

e.    Persepsi diri dan konsep diri, tanyakan motivasi terhadap kehamilan, efek kehamilan terhadap body image, orang terdekat, tujuan dari kehamilan.

f.     Keyakinan budaya (culture).

g.    Kepercayaan dan ibadah.

h.    Kebiasaan yang merugikan, seperti merokok, minum alcohol, dan lain-lain. (Mufdlilah, Panduan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil, 2009, Hal 11-14)

2.   Pemeriksaan fisik

a.     Pada ibu

Pemeriksaan fisik umum yang biasa dilakukan adalah sebagai berikut.

1.         Kesan umum

Dengan periksa pandang (inspeksi), dapat diperoleh gambaran mengenai keadaan panggul. Adanya kesempitan atau kelainan panggul, dapat diduga bila jalannya ibu tidak normal, misalnya pincang, ibu sangat pendek, adanya kelainan-kelainan panggul seperti kifosis atau skoliosis.

2.         Tinggi Badan

Tinggi badan kurang dari rata-rata merupakan faktor resiko untuk ibu hamil atau ibu bersalin, jika tinggi badan kurang dari 145 cm dimungkinkan sang ibu memiliki panggul sempit.

3.         Berat badan

Pertambahan berat badan selama kehamilan rata-rata 0,3-0,5 kg/minggu. Bila dikaitkan dengan usia kehamilan, kenaikan berat badan selam hamil muda 5 kg, selanjutnya tiap trimester (II dan III) masing-masing bertambah 5 kg. pada akhir kehamilan, pertambahan berat badan total adalah 9-12 kg. Bila terdapat kenaikan berat badan berlebihan perlu dipikirkan adanya risiko bengkak, kehamilan kembar, hidramnion, atau anak besar.

4.         Lingkar Lengan Atas

Lingkar Lengan Atas (LLA) kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi yang kurang/buruk. Ibu beresiko untuk melahirkan anak dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Dengan demikian, bila hal ini ditemukan sejak awal kehamilan, petugas dapat memotivasi ibu agar ia lebih memperhatikan kesehatnnya.

5.         Tanda-tanda vital

a.    Tekanan darah yang tinggi dalam kehamilan merupakan sebuah risiko. Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg. Penanganan yang kurang tepat, tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, dan atau diastol 15 mmHg atau lebih dapat berlanjut menjadi preeklamsi dan eklamsi.

b.    Jumlah denyut nadi yang normal adalah sekitar 80 kali/menit. Bila jumlah denyut nadi lebih dari 129 kali/menit, maka hal ini menunjukan adanya kelainan.

c.    Suhu tubuh ibu hamil lebih dari 37,5oC dikatakan demam, dalam hal ini kemungkinan ada infeksi dalam kehamilan. Jika hal ini terjadi, harus dicari penyebabnya agar tidak menganggu pertumbuhan janin.

d.   Frekuensi pernapasan normal orang dewasa adalah 16-20 kali/menit. Sesak nafas yang ditandai oleh peningkatan frekuensi pernapasan, sehingga membuat sang ibu sulit bernapas serta kelelahan. Bila hal ini timbul setelah melakukan kerja fisik, misalnya ketika berjalan atau mengerjakan tugas sehari-hari, maka kemungkinan terdapat penyakit jantung.

6.         Kepala dan leher

a.    Memeriksa apakah terdapat edema pada wajah.

b.    Memeriksa apakah kelopak mata bagian bawah tampak pucat, berwarna kuning/jaundice pada sklera.

c.    Memeriksa apakah rahang pucat dan periksa juga keadaan gigi.

d.   Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran pembuluh limfe, dan pembesaran vena jugularis.

7.         Payudara

a.    Amati bentuk, ukuran, dan kesimetrisannya.

b.    Puting payudara menonjol atau masuk ke dalam.

c.    Adanya kolostrum atau cairan lain, misalnya ulkus.

d.   Retraksi akibat adanya lesi.

e.    Masa atau pembesaran pembuluh limfe.

8.         Abdomen

a.    Memeriksa apakah ada bekas luka operasi.

b.    Mengukur tinggi fundus uteri.

c.    Melakukan palpasi untuk mengetahui letak presentasi, posisi, dan penurunan kepala janin kalu lebih dari 36 minggu.

d.   Menghitung denyut jantung janin dengan fetoskop bila usia kehamilan lebih dari 18 minggu.

9.         Tangan dan kaki

a.    Memeriksa apakah tangan dan kaki edema atau pucat pada kuku jari.

b.    Memeriksa dan meraba kaki untuk mengetahui adanya varises.

c.    Memeriksa reflek patella untuk melihat apakah terjadi gerakan hipo atau hiper.

10.     Pemeriksaan panggul

a.    Panggul: genital luar

·      Memeriksa labia mayora dan minora, kemudian klitoris, lubang uretra, dan introitus vagina untuk melihat adanya luka, varises, cairan yang ada, baik warna, konsistensi, jumlah, maupun bau.

·      Melakukan palpasi pada kelenjar bartholini untuk mengetahui adanya pembengkakan masa atau cairan kista.

b.    Panggul: menggunakan spekulum

·      Memeriksa serviks untuk melihat adanya cairan/darah, luka/lesi, apakah serviks sudah membuka atau belum.

·      Memeriksa dinding vagina untuk melihat adanya cairan/darah dan luka.

c.    Panggul: pemeriksaan bimanual

·      Mencari letak serviks dan merasakan untuk mengetahui pembukaan (dilatasi) dan rasa nyeri karena gerakan (nyeri tekan atau nyeri goyang).

·      Menggunakan dua tangan, satu tangan di atas abdomen, dua jari di dalam vagina untuk palpasi uterus. Ukuran, bentuk dan posisi, morbilitas, rasa nyeri, serta adanya masa. (Hidayati, Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis, 2009, Hal 39-43)

b.    Pada janin

1.    Denyut jantung janin. Normalnya DJJ 120-160 kali/menit apabila kurang dari 120 kali/menit disebut bradikardi, sedangkan lebih dari 160 kali/menit di sebut takikardi. Waspadai adanya gawat janin.

2.    Ukuran janin.

3.    Dengan menggunakan cara Mc. Donald untuk mengetahui TFU dengan pita ukur kemudian dilakukan penghitungan tafsiran berat janin dengan rumus : (TFU dalam cm) – n x 155 gram. Bila kepala di atas atau pada spina ishiadika maka n – 12. Bila kepala di bawah spina ishiadika maka n = 11.

4.    Letak dan presentasi janin

5.    Untuk mengetahui letak dan presentai janin dapat digunakan palpasi. Salah satu cara palpasi yang paling sering digunakan adalah menurut Leopold.

Leopold 1 : untuk mengetahui tinggi fundus uteri dan bagian yang berada pada bagian fundus.

Leopold 2 : untuk mengetahui letak janin memanjang atau melintang, dan bagian janin yang teraba di sebelah kiri atau kanan.

Leopold 3 : untuk menentukan bagian janin yang berada di bawah (presentasi)

Leopold 4 : untuk menentukan apakah bagian bawah janin sudah masuk panggul atau belum.

6.    Aktivitas/gerakan janin

Dikenal adanya gerakan 10, yang artinya dalam waktu 12 jam normal gerakan janin minimal 10 kali.(Kusmiyati, Perawatan Ibu Hamil, 2009, Hal 145-146)

7.    Pemeriksaan penunujang

a.       Pemeriksaan urin dilakukan jika ada indikasi untuk menguji protein urin dan glukosa dalam urin.

b.      Pemeriksaan golongan darah ibu perlu diketahui untuk mengantisipasi apabila diperlukan darah pada saat persalinan. Pemeriksaan Hemoglobin (Hb) pada kunjungan pertama dan pada kehamilan 30 minggu. Saat ini, anemia dalam kehamilan ditetapkan kadar Hb <11%  pada trimester I dan trimester III atau Hb <10,5 gr% pada trimester II, Hb <8 gr% harus dilakukan pengobatan, beri 2-3 kali zat besi perhari, rujuk ibu hamil diberikan suplemen zat besi dan penyuluhan gizi.

(Mufdlilah, Asuhan Kebidanan Ibu Hamil, 2009, Hal 21)

2. 2    Persalinan Normal

2.2.1  Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakng kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu dan janin. (Saifudin, Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, 2006, Hal 100).

Persalinan adalah   proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. (JNPK, Asuhan Persalinan Normal, 2008, Hal 37).

Persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta. (sulistyawati, Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin, 2011, Hal 4)

2.2.2   Sebab Mulanya Persalinan

a.      Estrogen

           Berfungsi untuk meningkatkan sensitifitas otot rahim serta memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin, dan mekanis

b.   Progesteron  

           Berfungsi untuk menurunkan sensitifitas otot rahim: menghambat rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin dan mekanis serta menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.

c.     Teori penurunan hormon

           Saat 1-2 minggu sebelum proses  melahirkan dimulai, terjadi penurunan kadar estrogen dan progesteron. Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan ketegangan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his.

d.   Teori plasenta menjadi tua

           Seiring matangnya usia kehamilan, villi chorialis dalam plasenta mengalami berberapa perubahan, hal ini menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang mengakibatkan tegangnya pembuluh darah sehingga akan menimbulkan kontraksi uterus.

e.     Iritasi mekanik

           Dibelakang serviks terletak ganglion servikale (frankenhauser), apabila ganglion tersebut digeser atau ditekan oleh kepala janin maka akan timbul his.

f.     Teori Oksitosin

           Pada akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah, oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim. Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitifitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Menurunnya konsentrasi progesteron karena matangnya usia kehamilan menyebabkan oksitosin meningkat aktifitasnya dalam merangsang otot rahim untuk berkontraksi dan akhirnya persalinan dimulai.

g.   Teori distensi rahim

           Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenta.

h.   Teori Prostaglandin

           Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua, diduga menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intra vena menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan.

i.     Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis

           Glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadi persalinan. Teori ini menunjukan, pada kehamilan dengan bayi anensefalus sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuknya hipotalamus.

j.     Induksi persalinan

   Persalinan juga dapat ditimbulkan dengan jalan sebagai berikut :

1)      gagang laminaria : dengan cara laminaria dimasukan kedalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang fleksus frankenhauser

2)      amniotomi : pemecahan ketuban

3)      oksitosin drip : pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus

 (Sulistyawati, Asuhan kebidanan pada ibu bersalin, 2010, Hal 4-6)

2.2.3    Tanda Dan Gejala Persalinan

1.    Tanda persalinan sudah dekat :

a.    Lightening

Menjelang minggu ke-36 pada primigravida, terjadi penurunan fundus uterus karena kepala bayi sudah masuk ke dalam panggul. Penyebab dari proses terjadinya ini adalah

1.     Kontraksi Braxton hikcs

2.     Ketegangan dinding perut

3.     Ketegangan ligamentum rotundum

4.     Gaya berat janin, kepala kearah bawah uterus.

Masuknya kepala janin kedalam panggul dapat dirasakan oleh wanita hamil dengan tanda-tanda sebagai berikut

1.     Terasa ringan di bagian atas dan rasa sesak berkurang.

2.     Di bagian bawah terasa penuh dan mengganjal.

3.     Kesulitan saat berjalan

4.     Sering berkemih.

Gambaran lightening pada primigravida menunjukkan hubungan normal antara ketiga P, yaitu power (his), passage (jalan lahir), dan passenger (bayi dan plasenta). Pada multipara gambaran menjadi tidak sejelas pada primigravida, karena pada masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul terjadi bersamaan dengan proses persalinan.

b.    Terjadinya his permulaan/ his palsu

Pada hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton hicks yang kadang dirasakan sebagai keluhan karena rasa sakit yang ditimbulkan. Biasanya pasien mengeluh adanya rasa sakit di pinggang dan terasa sangat mengganggu, terutama pada pasien dengan ambang rasa sakit yang rendah. Adanya  perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron menyebabkan oksitosin semakin meningkat dan dapat menjalankan fungsinya dengan efektif untuk menimbulkan kontraksi atau his permulaan. His permulaan ini sering di istilahkan sebagai his palsu dengan ciri- ciri :

1.      Rasa nyeri ringan dibagian bawah

2.      Datang tidak teratur

3.      Tidak ada perubahan pada servik atau tidak ada tanda kemajuan persalinan

4.      Durasi pendek

5.      Tidak bertambah bila beraktivitas.

2.    Tanda masuk dalam persalinan

a.    Terjadi his persalinan

1.         Pinggang terasa sakit menjalar ke depan

2.         Sifat his teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin besar

3.         Terjadi perubahan pada servik

4.         Jika pasien bertambah aktivitasnya, maka kekuatan his bertambah

b.    Pengeluaran lendir dan darah (penanda persalinan)

Dengan adanya his persalinan, terjadi perubahan pada servik yang menimbulkan :

1.         Pendataran dan pembukaan

2.         Pembukann menyebabkan selaput lendir yang terdapat pada kanalis servikalis terlepas

3.         Pengeluaran cairan

c.    Pengeluaran cairan

Sebagian pasien mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya selaput ketuban. Jika ketuban sedah pecah, maka ditargetkan persalinan dapat berlangsung dalam 24 jam. Namum jika tidak tercapai, maka persalinan akhirnya diakhiri dengan tindakan tertentu, misalnya ekstrasi vakum, atau sectio caesaria. (Sulistyawati, Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersaalin, 2010, Hal 6-7)

3.     Tanda Gejala Kala II

1.        Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi

2.        Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan vagina

3.        Perinium menonjol

4.        Vulva dan sfingter ani membuka

5.        Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah. (Wiknjosastro, Ilmu Kebidanan, 2007, Hal 194-195)

2.2.4   Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam  Persalinan

Pada setiap persalinan harus diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Tiga faktor utama yang menentukan prognosis persalinan adalah jalan lahir (passage), janin (passanger), kekuatan (power) dan ada dua faktor lain yang juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan asuhan persalinan yaitu faktor posisi dan psikologis.

a.       Passage (Jalan Lahir)

         Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni  bagian tulang padat, dasar panggul, vagina dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin  harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku.

b.   Passenger ( janin dan plasenta)

         Passanger (janin/plasenta) bergerak sepanjang  jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka dianggap juga sebagai bagian dari passenger yang menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan normal.

c.    Power (kekuatan)

Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi involunteer secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi involunteer disebut juga kekuatan primer, menandai dimulainya persalinan. Apabila serviks berdilatasi, usaha involunteer dimulai untuk mendorong yang disebut kekuatan sekunder, dimana kekuatan ini memperbesar kekuatan kontraksi involunteer.

d.   Posisi ibu

         Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan posisi tegak memberi sejumlah keuntungan. Mengubah posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk, jongkok. Posisi tegak memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin. Kontraksi uterus yang lebih kuat dan efisien dapat membantu penipisan dan dilatasi serviks. Pada posisi tegak dapat mengurangi insiden penekanan tali pusat juga membantu mengurangi tekanan pada pembuluh darah ibu, mencegah kompresi pembuluh darah.

e. Psikologis

         Tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan meningkat jika ia tidak memahami apa yang ada dalam dirinya atau yang disampaikan padanya. Wanita bersalin mengatakan kekhawatiran jika ditanya. Perilaku  dan penampilan ibu serta pasangannya merupakan petunjuk berharga tentang jenis dukungan yang akan diperlukannya. Membantu wanita berpartisipasi sejauh yang diinginkan dalam melahirkan, memenuhi harapan wanita akan hasil akhir persalinannya, membantu wanita menghemat tenaga, mengendalikan rasa nyeri merupakan suatu upaya dukungan dalam mengurangi kecemasan pasien. Tindakan mengupayakan rasa nyaman dengan menciptakan suasana yang nyaman dalam kamar bersalin, memberi sentuhan, memberi penenangan nyeri non farmakologi, memberi analgesia jika diperlukan dan yang paling penting berada disisi pasien adalah bentuk-bentuk dukungan psikologis. Dengan kondisi psikologis positif proses persalinan akan berjalan lebih mudah.

(Sumarah, Perawatan Ibu Bersalin, 2009, Hal 23-45)

2.2.5  Tahap Persalinan

a.   Kala I : Pembukaan Servik

Pasien dikatakan dalam tahap persalinan kala I, jika sudah terjadi pembukaan serviks dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik. Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0-10 cm (pembukaan lengkap). Proses ini terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten (8 jam) dimana serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) dimana serviks membuka dari 3-10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering terjadi selama fase aktif. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturient (ibu yang sedang bersalin) masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan pada multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurve Friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm per jam dan pembukaan multigravida 2 cm per jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan.

b. Kala II : Pengeluaran Janin

Pengeluaran bayi, dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir. Uterus dengan kekuatan hisnya ditambah kekuatan meneran akan mendorong bayi hingga lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. Diagnosis kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap dan kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm.

Gejala utama kala II adalah sebagai berikut

1.       His semakin kuat dengan interval 2-3 menit, dengan durasi 50-100 detik.

2.       Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak.

3.       Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan meneran karena tertekannya fleksus frankenhouser.

4.       Dua kekuatan, yaitu his dan meneran akan mendorong kepala bayi sehingga kepala membuka pintu; suboksiput bertindak sebag ai hipomochlion, berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung dan muka, serta kepala seluruhnya.

5.       Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar, yaitu penyesuaian kepala pada punggung.

6.       Setelah putaran paksi luar berlangsung, maka pertolongan persalinan bayi ditolong dengan jalan berikut.

·      Pegang kepala pada tulang oksiput dan bagian bawah dagu, kemudian ditarik curam kebawah untuk melahirkan bahu depan, dan curam keatas untuk melahirkan bahu belakang.

·      Setelah kedua bahu bayi lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisa badan bayi.

·      Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.

7.       Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan muligravida 30 menit.

Dimulai dari pembukaan lengkap sampai pengeluaran janin, rasa mulas terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali dengan durasi 50-100 detik. Kala II pada primigravida berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 0,5 jam.

c.   Kala III : Pengeluaran Plasenta

  Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta. Setelah kala II yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit, kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit. Dengan lahirnya bayi dan proses retraksi uterus, maka plasenta terlepas. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda sebagai berikut.

1.       Uterus menjadi berbentuk bundar.

2.       Uterus terdorong ke atas, karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim.

3.       Tali pusat bertambah panjang. Terjadi perarahan.

Melahirkan plasenta dengan dorongan ringan secara crede pada fundus uterus.

Sebab-sebas terlepasnya plasenta yaitu sebagai berikut.

1.       Saat bayi dilahirkan, rahim sangat mengcil dan setelah bayi lahir uterus merupakan organ dengan dinding yang tebal dan rongganya hampir tidak ada. Posisi fundus uterus turun sedikit dibawah pusat, karena terjadi pengecilan uterus, maka tempat pelepasan plasenta juga sangat mengecil. Plasenta harus melewati proses pengecilan ini hingga tebalnya menjadi dua kali lipat dari pada permulaan persalinan, dan karena pengecilan tampat perlekatannya maka plasenta menjadi berlipat-lipat pada bagian yang terlepas dari dinding rahim karena tidak dapat mengikuti pengecilan dari dasarnya. Jadi faktor yang paling penting dalam pelepasan plasenta ialah retraksi dan kontraksi uterus setelah anak lahir.

2.       Di tempat pelepasan plasenta yaitu antara plasenta dan desidua basalis terjadi perdarahan, karena hematom ini membesar maka seolah-olah plasenta terangkat dari dasarnya oleh hematom tersebut sehingga daerah pelepasan meluas.

d. Kala IV: Dua jam setelah plasenta lahir.

           Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Pada kala IV dilakukan observasi terhadap perdarahan pasca persalinan, paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1.       Tingkat kesadaran pasien.

2.       Pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu tekanan darah, nadi, dan pernafasan.

3.       Kontraksi uterus.

4.       Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc.

                              (Sulistyawati, Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin, 2010, Hal 7-9)

2.2.6   Mekanisme Persalinan

       Mekanisme persalinan normal terbagi dalam beberapa tahap gerakan kepala janin di dasar panggul yang diikuti dengan lahirnya seluruh anggota badan bayi.

1.        Penurunan kepala

          Terjadi selama proses persalinan karena daya dorong dari kontraksi uterus yang efektif, posisi, serta kekuatan meneran dari pasien.

2.        Penguncian (engagement)

          Tahap penurunan pada waktu diameter biparietal dari kepala janin telah melalui lubang masuk panggul pasien.

3.        Fleksi

          Dalam proses masuknya kepala janin ke dalam panggul, fleksi menjadi hal yang sangat penting karena dengan fleksi diameter kepala janin terkecil dapat bergerak melalui panggul dan terus menuju dasar panggul. Pada saat kepala bertemu dengan dasar panggul, tahanannya akan meningkatkan fleksi menjadi bertambah besar yang sangat diperlukan agar saat sampai di dasar panggul kepala janin sudah dalam keadaan fleksi maksimal.

4.        Putaran paksi dalam

          Putaran internal dari kepala janin akan membuat diameter anteroposterior (yang lebih panjang) dari kepala menyesuaikan diri dengan diameter anteroposterior dari panggul pasien. Kepala akan berputar dari arah diameter kanan, miring ke arah diameter PAP dari panggul tetapi bahu tetap miring ke kiri, dengan demikian hubungan normal antara as kepala panjang kepala janin dengan as dari panjang dari bahu akan berubah dan leher akan berputar 45 derajat. Hubungan antara kepala dengan panggul ini akan terus berlanjut selama kepala janin masih berada di dalam panggul.

          Pada umumnya rotasi penuh dari kepala ini akan terjadi ketika kepala telah sampai di dasar panggul atau segera setelah itu. Perputaran kepala yang dini kadang-kadang terjadi pada multipara atau pasien yang mempunyai kontraksi efisien.

5.        Lahirnya kepala dengan cara ekstensi

          Cara kelahiran ini untuk kepala dengan posisi oksiput posterior. Proses ini terjadi karena gaya tahanan dari dasar panggul, dimana gaya tersebut membentuk lengkungan carus, yang mengarahkan kepala ke atas menuju lorong vulva. Bagian leher belakang di bawah oksiput akan bergeser ke bawah simpisis pubis dan bekerja sebagai titik poros (hipomoklion). Uterus yang berkontraksi kemudian memberikan  tekanan tambahan di kepala yang menyebabkannya ekstensi lebih lanjut saat lubang vulva-vagina membuka lebar.

 

6.        Restitusi

          Restitusi adalah perputaran kepala sebesar 45 derajat baik ke kanan atau ke kiri, bergantung kepada arah dimana ia mengikuti perputaran menuju posisi oksiput anterior.

7.        Putaran paksi luar

        Putaran ini terjadi bersamaan dengan putaran internal dari bahu. Pada saat kepala janin mencapai dasar panggul, bahu akan mengalami perputaran dalam arah yang sama dengan kepala janin agar terletak dalam diameter yang besar dari rongga panggul. Bahu anterior akan terlihat pada lubang vulva vaginal, dimana ia akan bergeser di bawah simpisis pubis.

8.        Lahirnya bahu dan seluruh anggota badan bayi

          Bahu posterior akan menggembungkan perineum dan kemudian dilahirkan dengan cara fleksi lateral. Setelah bahu dilahirkan, seluruh tubuh janin lainnya akan dilahirkan mengikuti sumbu carus. (Sulistyawati, Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin, 2010, Hal 109-111)

 

 

2.2.7  Langkah-langkah pertolongan persalinan

1.   Mendengar dan melihat adanya tanda dan gejala persalinan kala dua

a.    Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran

b.    Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat  pada rektum dan vagina

c.    Perineum tampak menonjol

d.   Vulva dan spingter ani membuka.

2.   Pastikan pelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan, menatalaksanakan komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia – tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 buah handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.

a.    Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi

b.    Menyiapkan oksitosin 10 unit alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

3.   Mengenakan celemek plastik yang bersih.

4.   Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

5.   Memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi pada tangan yang akan di gunakan untuk periksa dalam.

6.   Menghisap oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakannya kembali di partus set atau wadah desinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik.

7.   Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kassa yang sudah di basahi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kassa yang terkontaminasi dalam wadah yang tersedia. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi, dan lepaskan sarung tangan dan rendam ke dalam larutan dekontaminasi (klorin 0,5 %).

8.   Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi

9.   Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan dengan yang masih memakai sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya kedalam larutan klori 0,5% selama 10 menit, mencuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.

10.    Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 kali permenit) .

a.    Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal

b.    Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam DJJ dan semua hasil-hasil penilaian asuhan lainya pada partograf.

11.    Memberi tahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.

a.    Menunggu hingga ibu mempunyai keingginan untuk meneram. Melanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasi penemuan-penemuan yang ada.

b.    Menjelaskan  kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu untuk meneram secara benar

12.    Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat ada his,bantu ibu dalam posisi setengah duduk atau posisi lain yang di  inginkan dan pastikan ia merasa nyaman).

13.    Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran :

a.    Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Mendukung dan memberi semangat atas usaha itu untuk meneran perbaikan cara meneran apabila caranya tidak sesuai.

b.    Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesui pilihanya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama ).

c.    Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.

d.   Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat kepada ibu.

e.    Menganjurkan asupan cairan per oral (minum).

f.     Menilai DJJ  setiap kontraksi uterus selesai.

g.    Segera rujuk jika bayi belum lahir atau tidak segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida).

14.    Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasakan ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit

15.    Letakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.

16.    Letakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu

17.    Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.

18.    Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

19.    Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain yang bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi agar tidak terjadi defleksi maksimal dan membantu lahirnya kepala. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.

20.    Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.

a.    Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

b.    Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong diantara dua klem.

21.    Tunggu kepala bayi melakukan paksi luar secara spontan

22.    Setelah  kepala melakukan paksi luar, pegang secara biparietal, anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan  lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

23.    Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu  untuk menyanggah kepala, leher dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menyelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.

24.    Setelah lengan dan tubuh lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong tungkai dan kaki, pegang kedua mata kaki,  masukan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari yang lainya.

25.    Lakukan penilaian (Selintas)

a.    Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?

b.    Apakah bayi bergerak aktif ?

Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap lakukan langkah resusitasi (Lanjut langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir)

26.    Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering, dan biarkan bayi diatas perut ibu.

27.    Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil gemeli).

28.    Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.

29.    Dalam 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 menit IM (intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).

30.    Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal  (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada jarak 2 cm distal dari klem pertama.

31.    Pemotongan dan pengikatan tali pusat

a.    Dengan satu lengan pegang tali pusat yang telah di jepit (lindungi perut bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut .

b.    Ikat tali pusat pusat dengan benang DTT atau steril pada satu  sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya  dengan simpul kunci pada sisi lainnya.

c.    Lepaskan klem dan masukan dalam wadah yang telah disediakan

32.    Letakan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi

Letakan bayi tengkurap di dada ibu, luruskan bahu bayi agar  sehingga bayi menempel di dada atau perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.

33.    Selimuti ibu dan banyinya dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi, biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibunya  paling sedikit 1 jam

a.    Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusui dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusui pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit, bayi cukup dari satu payudara.

b.    Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.

34.    Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.

35.    Letakan satu lengan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simpisis  untuk mendeteksi munculnya kontraksi, sementara tangan yang lain menegangkan tali pusat

36.    Setelah uterus berkontraksi tegakan tali pusat  ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas  (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak  lahir setelah 30-40 detik hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.

Jika uterus tidak segera berkontraki, minta ibu, suami, atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.

37.    Lakukan penegangan tali pusat dan dorso kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran  sambil penolong menarik  tali pusat dengan arah sejajar lantai atau kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir  (tetap lakukan tekanan dorso kranial)

a.    Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.

b.    Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit mengikat tali pusat :

1.    Beri dosis ulang oksitosin 10 IU IM

2.    Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh

3.    Minta keluarga menyiapkan rujukan

4.    Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya

c.    Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir  atau bila terjadi  perdarahan, segera lakukan manual.

38.    Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput wadah yang telah disediakan

a.    Jika selaput wadah robek, pakai sarung tangan  DTT  atau steril  untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal. 

39.    Segera setelah plasenta lahir dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus terba keras). Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik masase.

40.    Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukan plasenta kedalam  kantung plastik atau tempat khusus.

41.    Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan verineum. Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan. Bila da robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan.

42.    Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan  pervaginam

43.    Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit dengan ibu selama paling sedikit 1 jam.

·      Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusui dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit, dan bayi cukup menyusu dengan satu payudara.

·      Biarkan bayi berada di atas dada ibu selama 1 jam walaupun bayi telah berhasil menyusu

44.    Menimbang dan melakukan pemantauan antropometri pada bayi satu jam setelah lahir. Memberi tetes mata profilaksis dan vitamin K1 1 mg IM di paha kiri anterolateral

45.    Memberikan imunisasi hepatitis B pada paha kanan anterolateral setelah 1 jam pemberian vitamin K1

·      Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa di susukan.

·      Letakkan bayi kembali pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu dalam 1 jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.

46.    Lanjutkan pemantauan kontraksi dan pencegahan perdarahan pervaginam :

a.    2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan

b.    Setip 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan

c.    Setiap 30 menit pada jam kedua pasca persalinan 

d.   Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksanan antonia uteri.

47.    Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi

48.    Mengevaluasi dan memperkirakan jumlah perdarahan

49.    Periksa nadi ibu, tekanan darah, dan keadan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam ke dua pasca persalinan :

·      Periksa temperatur tubuh sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan.

·      lakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.

50.    Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5 C – 37,5 C).

51.    Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah terkontaminasi.

52.    Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.

53.    Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

54.    Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.

55.    Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%

56.    Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5%, selama 10 menit.

57.    Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

58.    Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV.

(Sulistyawati, Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin, 2010, Hal 266-275)

2.2.8  Partograf

a.       Pengertian

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik (Asuhan Persalinan Normal, 2008, Hal 54).

Partograf adalah alat untuk mencatat hasil observasi dan pemeriksaan fisik ibu dalam proses persalinan serta merupakan alat utama dalam mengambil keputusan klinik khususnya pada persalinan kala 1. (Sumarah, Perawatan Ibu Bersalin, 2008, Hal 64).

b.      Tujuan penggunaan partograf adalah :

1.      Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.

2.      Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal, dengan demikian juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama. (JNPK-KR, APN 2008, Hal 54).

c.    Fungsi

Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong persalinan untuk:

1.   Mencatat kemajuan persalinan

2.   Mencatat kondisi ibu dan janinnya

3.   Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran

4.   Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan

5.   Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu

(JNPK-KR, APN, 2008, Hal 55).

d.   Cara pencatatan

Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan dalam penatalaksanaan. Partograf dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif). Partograf sebaiknya dibuat untuk setiap ibu yang bersalin, tanpa menghiraukan apakah persalinan tersebut normal atau dengan komplikasi.

Petugas kesehatan harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut :

·      Denyut jantung janin. Catat setiap 1 jam.

·      Air ketuban. Catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan vagina :

   U   : Selaput Utuh,                           

   J    : Selaput pecah, air ketuban Jernih,

   M  : Air ketuban bercampur Mekonium,

   D   : Air ketuban bernoda Darah,

   K   :Tidak ada cairan ketuban/Kering.

·      Perubahan bentuk kepala janin (molase) :

   0   : sutura terpisah,

   1   :  sutura (pertemuan dua tulang tengkorak) yang tepat atau bersesuaian,

   2      :       sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki,

   3      :       sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki.

·      Pembukaan mulut rahim (serviks). Dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda silang (x).

·      Penurunan. Mengacu pada bagian kepala (di bagi 5 bagian) yang teraba (pada pemeriksaan abdomen/luar) di atas simpisis pubis; catat dengan tanda lingkaran (O) pada setiap pemeriksaan dalam. Pada posisi 0/5, sinsiput (S) atau paruh atas kepala berada di simpisis pubis.III`               

·      Waktu : Catat jam sesungguhnya.

·      Kontraksi. Catat setiap setengah jam; lakukan palpasi untuk menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap-tiap kontraksi dalam hitungan detik :

   kurang dari 20 detik;

   Antara 20 dan 40 detik:

   Lebih dari 40 detik.

·      Oksitosin. Jika memakai oksitosin, catatlah banyaknya oksitosin per volume cairan infus dan dalam tetesan per menit.

·      Obat yang diberikan. Catat semua obat lain yang diberikan.

·      Nadi. Catatlah setiap 30-60 menit dan tangdai dengan sebuah titik besar (Ÿ).

·      Tekanan darah. Catatlah setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah.

·      Suhu badan. Catatlah setiap 2 jam.

·      Protein, aseton, dan volume urin. Catatlah setiap kali ibu berkemih.

·      Jika temuan-temuan melintas ke arah kanan dari garis waspada, petugas kesehatan harus melakukan penilaian terhadap kondisi ibu dan janin dan segera mencari rujukan yang tepat.

(Saifuddin, Acuan Pelayanan Kesehatn Maternal dan Neonatal, 2006, Hal 104)

 

2.3              Inisiasi Menyusui Dini

2.3.1        Definisi

IMD merupakan bukan proses membiarkan bayi menyusui sendiri segera setelah persalinan. IMD bukan merupakan program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri puting susu ibu. ( sujiyatini dkk, Asuhan Kebidanan II,  2011, Hal 106)

Segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Biarkan kontak kulit ke kulit ini menetap selama setidaknya selama 1 jam bahkan lebih sampai bayi dapat menyusu sendiri. Apabila ruang bersalin dingin, bayi diberi topi dan diselimuti. Ayah atau keluarga dapat memberi dukungan dan membantu ibu selama proses menyusu ini. Ibu diberi dukungan untuk mengenali saat bayi siap untuk menyusu, menolong bayi bila diperlukan. (JNPK-KR, APN, 2008, Hal 127)

2.3.2        Manfaat

Keuntungan Menyusu Dini Untuk Bayi

1.        Mendekatkan hubungan  batin ibu-bayi, karena pada IMD terjadi komunikasi batin secara sangat pribadi dan intensif.

2.        Bayi akan mengenal ibunya lebih dini sehingga akan memperlancar proses laktasi.

3.        Suhu tubuh bayi stabil karena hipotermi telah dikoreksi panas tubuh ibunya.

4.        Reflek oksitosin ibu akan berfungsi maksimal.

5.        Mempercepat produksi ASI, karena sudah mendapat rangsangan isapan dari bayi lebih awal. (Sulistyawati, Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin, 2010, Hal 216)

 

 

 

2.3.3        Kriteria Pelaksanaan IMD

Inisiasi menyusui bayi yang dianjurkan :

1.   Begitu bayi lahir diletakkan diatas perut ibu yang sudah dialasi kain kering

2.   Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya

3.   Tali pusat dipotong lalu diikat

4.   Vernik ( zat lemak putih ) yang melekat ditubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.

5.   Tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan didada atau diperut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama-sama. Jika perlu bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya. Sering kali khawatir bayi kedinginan. Menurut penelitian, jika bayi kedinginan, suhu kulit ibu otomatis akan naik dua derajat untuk mendinginkan bayinya. Kulit ibu bersifat termoregulator atau termal sinchrony bagi tubuh bayi (Wulandari, Buku Acuan Kebidanan Nifas, 2008, Hal 38)

2.3.4        Syarat-syarat IMD

1.   Syarat – syarat dari ibu adalah:

a.    Ibu tanpa komplikasi saat persalinan, seperti ibu dengan eklamsi atau preeklamsi.

b.    Ibu tidak mempunyai komplikasi Pasca persalinan

c.    Ibu tidak mempunyai penyakit infeksi akut yang bisa menular pada bayi, seperti tuberkulosis.

d.   Ibu mau dan mampu menyusui bayinya

e.    Ibu tidak mempunyai karsinoma payudara

f.     Ibu tidak menderita psikosis, yaitu suatu keadaan dimana ibu tidak bisa mengontrol jiwanya.

2.   Syarat – syarat dari bayi adalah:

a.    Nilai APGAR bayi lebih dari 7

b.    Berat badan bayi lebih dari 2500 dan kurang dari 4000 gram

c.    Lahir spontan tanpa infeksi interapartum

d.   Usia kehamilan lebih dari 36 minggu atau kurang dari 42 minggu.

e.    Bayi tidak memiliki cacat bawaan yang mengancam jiwa. (Wiknjosastro, Ilmu Kebidanan, 2010, Hal 387 )

 

2.4              Bayi Baru Lahir

2.4.1        Pengertian Bayi Baru Lahir 

Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37-42 minggu dan berat badan lahir 2500-4000 gram. Bayi baru lahir adalah masa dimana bayi baru saja lahir sampai satu jam pertama setelah kelahiran. (Sarwono, Ilmu Kebidana 2006, Hal 246 ).

Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin. (Vivian, Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita, 2011, Hal 1)

2.4.2                    Karakteristik bayi baru lahir normal

Kriteria fisik bayi baru lahir normal, antara lain sebagai berikut. Lahir cukup bulan dengan usia kehanilan 37-42 minggu, berat badan lahir 2500-4000 gram atau sesuai masa kehamilan, panjang badan antara 48-52, lingkar dada 30-38, lingkar kepala 33-35, lingkar lengan 11-12, frekuensi denyut jantung 120-160 kali/menit, pernapasan ± 40-60 kali/menit, kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup, rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai apgar >7, gerak aktif, bayi lahir langsung menangis kuat, eliminasi yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan. (Vivian, Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita, 2010, hal 2).

 Dilihat dari kriteria neurologik neonatus normal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : posisi bayi frog position (fleksi pada ekstremitas atas dan bawah), refleks moro/kejutan positif (+) dan harus simetris, refleks hisap positif (+) pada sentuhan palatum molle, refleks menggenggam positif (+), refleks rooting (+). (Muslihatun, Asuhan Neonatus Bayi dan Balita, 2010, Hal 35)

Karakteristik bayi baru lahir yaitu :

a.    Karakteristik biologis

1.    Sistem kardiovaskular

Sistem kardiovaskular mengalami perubahan yang mencolok setelah bayi lahir. Foramen ovale, duktus venosus menutup. Arteri umbilikalis, vena umbilikalis dan arteri hepatika menjadi ligamen. Napas pertama membuat paru-paru mengembang dan menurunkan resistensi vaskuler pulmoner sehingga darah paru mengalir. Tekanan arteri pulmoner menurun. rangkaian peristiwa ini merupakan mekanisme besar yang menyebabkan tekanan atrium kanan menurun. Aliran darah pulmoner kembali meningkat ke jantung dan masuk ke jantung bagian kiri, sehingga tekanan dalam atrium kiri meningkat. Perubahan tekanan ini menyebabkan foramen ovale menutup. Tindakan mengklem dan memotong tali pusat membuat arteri umbilikalis, vena umbilikalis dan duktus venosus segera menutup dan berubah menjadi ligamen. Arteri hipogastrik juga menutup dan menjadi ligamen.

 

 

2.    Sistem hematopoesis

Karakteristik hematopoesis bayi baru lahir mencakup sistem hematopoesis orang dewasa dengan variasi tertentu.

3.    Sistem pencernaan

Penyesuaian paling kritis yang harus dialami bayi baru lahir ialah penyesuaian sistem pernapasan. Paru-paru bayi cukup bulan mengandung sekitar 20 ml cairan/kg. Udara harus diganti oleh cairan yang mengisi traktus respiratori sampai alveoli. Pada kelahiran pervaginam normal, sejumlah kecil cairan keluar dari trakea dan paru-paru bayi.

Tarikan napas pertama terjadi. Hal ini disebabkan oleh refleks yang dipicu oleh perubahan tekanan, pendinginan, bunyi, cahaya dan sensasi lain yang berkaitan dengan proses kelahiran.

Bayi baru lahir biasanya bernapas melalui hidung. Respons bayi terhadap obstruksi hidung ialah membuka mulut untuk mempertahankan jalan napas.

4.    Sistem ginjal

Pada kehamilan cukup bulan ginja menempati sebagian besar dinding abdomen posterior. Letak kandung kemih dekat dinding abdomen anterior dan kandung kemih merupakan organ abdomen dan organ pelvis.

Fungsi ginjal yang mirip dengan fungsi yang dimiliki orang dewasa, belum terbentuk pada tahun kedua kehidupan. Biasanya sejumlah kecil urine terdapat dalam kandung kemih bayi saat lahir, tetapi bayi baru lahir mungkin tidak mengeluarkan urine selama 12 jam sampai 24 jam. Berkemih sering terjadi setelah periode ini. Berkemih 6-10 kali dengan warna urine pucat menunjukkan masukan cairan yang cukup. Umumnya bayi cukup bulan mengeluarkan urine 15 sampai 60 ml per kg per hari.

5.    Sistem cerna

 Bayi baru lahir cukup bulan mampu menelan, mencerna, memetabolisme, dan mengabsorpsi protei dan karbohidrat sederhana, serta mengemulsi lemak. Kecuali amylase penkreas, karakteristik enzim dan cairan pencernaan bahkan bahkan sudah ditemukan pada bayi yang berat badan lahirnya rendah.

Pada bayi baru lahir dengan dehidrasi yang adekuat membrane mukosa mulutnya lembab dan berwarna merah muda. Umumnya, membrane mukosa tidak pucat atau sianosis. Pengeluaran air liur sering terlihat selama beberapa jam pertama setelah bayi lahir.

Saat bayi lahir, tidak terdapat bakteri dalam saluran cernanya. Segera setelah bayi lahir, orifisium oral dan orifisium anal memungkinkan bakteri dan udara masuk. Bising usus bayi dapat didengar satu jam setelah lahir. Biasanya konsentrasi tertinggi terdapat di bagian bawah usus halus dan terutama di usus besar. Flora normal usus bias membantu sintesis vitamin K, asam folat, dan biotin.

Kapasitas lambung bervariasi dari 30 sampai 90 ml, tergantung pada ukuran bayi. Waktu pengosongan lambung sangat bervariasi. Beberapa faktor seperti pemberian makanan, jenis dan suhu makanan, serta stress psikis dapat mempengaruhi waktu pengosongan lambung. Waktu ini bervariasi dari satu sampai 24 jam. Regurgitasi dapat terlihat pada periode neonatal. Sfingter kardia dan control staff lambung masih belum matur.

6.    Sistem hepatica

Hati dan kandung empedu dibentuk pada minggu keempat kehamilan. Pada BBL, hati dapat dipalpasi sekitar 1 cm di bawah batas kanan iga karena hati besar dan menempati sekitar 40 % rongga abdomen.

Hati janin yang berfungsi sebagai produksi haemoglobin setelah bayi lahir mulai menyimpan zat besi sejak masih dalam kandungan Apabila ibu mendapat cukup asupan besi selama hamil, bayi akan memiliki simpanan besi yang dapat bertahan sampai bulan kelima kehidupannya diluar rahim. Tempat ikatan-albumin serum yang adekuat tersedia, kecuali jika bayi mengalami asfiksia neonatorium, cold stress, atau hipoglikemia. Ibu yang menggunakan obat – obatan sebelum melahirkan, misalnya sulfa dan aspirin, dapat mengalami penurunan jumlah tempat ikatan albumin pada bayi baru lahir. Walaupun bayi baru lahir memiliki kapasitas fungsional untuk mengubah bilirubin, kebanyakan bayi mengalami hiperbilirubinemia fisiologis.

Korones mencatat bahwa ikterik neonates terjadi akibat hal-hal dibawah ini :

a.    BBL memiliki produksi bilirubin dengan kecepatan produksi yang lebih tinggi. Jumlah sel darah merah janin per kilogram berat badannya lebih besar daripada pada orang dewasa. Umur sel darah merah janin lebih pendek, 40 sampai 90 hari dibanding 120 hari pda orang dewasa.

b.  Terdapat cukup banyak reabsorpsi bilirubin pada usus halus neonatus.

7.    Sistem imun

Sel – sel yang menyuplai imunitas bayi berkembang pada awal kehidupan janin. Namun, sel-sel ini tidak aktif selama beberapa bulan. Selama 3 bulan pertama kehidupan, bayi dilindungi oleh kekebalan pasif yang diterima dari ibu. Barier alami, seperti keasaman lambung atau produksi pepsin dan tripsin, yang tetap mempertahankan kesterilan usus halus, belum berkembang dengan baik sampai tiga atau 4 minggu. IgA pelindung membran lenyap dari traktus napas dan traktus urinarius. IgA ini juga tidak terlihat pada traktus gastrointestinal, kecuali jika bayi diberi ASI. Bayi mulai menyintesis IgG dan mencapai sekitar 40 % kadar IgG orang dewasa pada usia 1 tahun, sedangkan kadar orang dewasa dicapai pada usia 9 bulan. IgA, IgD, dan IgE diproduksi secara lebih bertahap dan kadar maksimum tidak dicapai sampai pada masa kanak – kanak dini. Bayi yang menyusui mendapat kekebalan pasif dari kolostrum dan ASI. Tingkat produksi bervariasi tergantung pada usia dan kematangan bayi serta system imunitas yang dimilki ibu.

8.    Sistem integument

Semua struktur kulit bayi sudah terbentuk saat lahir, tetapi  masih melum matang. Epidermis dan dermis tidak terikat dengan baik dan sangat tipis. Verniks kaseosa juga berfungsi dengan epidermis dan berfungsi sebagai lapisan pelingdung. Bayi cukup bulan memiliki kulit kemerahan beberapa jam setelah lahir, setelah itu warna kulit memucat menjadi warna normal. BBL yang sehat dan cukup bulan tampak bulan. Lemak subkutan yang berakumulasi selama trimester terakhir berfungsi menyekat bayi. Lanurgo halus dapat terlihat di wajah, bahu dan punggung.

9.    Kelenjar lemak dan kelenjar keringat

Kelenjar keringat sudah ada pada saat bayi lahir, tetapi kelenjar ini tidak merespon terhadap peningkatan suhu tubuh. Verniks kaseosa suatu substansi seperti keju, merupakan produk kelenjar sebasea. Walaupun sebasea sudah terbentuk dengan baik sejak bayi lahir, tetapi kelenjar ini tidak terlalu aktif pada masa kanak-kanak. Kelenjar ini mulai aktif saat fungsi androgen meningkat yakni sesaat sebelum pubertas.

10.      Sistem reproduksi

a.    Wanita

        Saat lahir ovarium bayi berisi beribu-ribu sel germinal primitif. Sel-sel ini mengandung komponen lengkap ova yang matur karena tidak terbentuk oogonia lagi setelah bayi cukup bulan lahir. Korteks ovarium, yang terutama terdiri dari folikel primordial, membentuk bagian ovarium yang lebih tebal pada bayi baru lahir daripada pada orang dewasa. Jumlah ovum berkurang sekitar 90 % sejak bayi lahir sampai dewasa.

        Peningkatan kadar estrogen semasa hamil, yang diikuti dengan penurunan setelah bayi lahir, mengakibatkan pengeluaran suatu cairan mukoid atau kadang-kadang pengeluaran bercak darah melalui vagina (pseudomenstruasi). Pada bayi baru lahir cukup bulan, labia mayora dan minora menutupi vestibulum. Pada bayi premature klitoris menonjol dan labia mayora kecil dan terbuka.

b.    Pria

        Testis turun kedalam skrotum pada 90% bayi baru lahir laki-laki. Prepusium yang ketat sering kali dijumpai pada bayi bartu lahir. Muara uretra dapat tertutup prepusium dan tidak dapat ditarik kebelakang selama 3 sampai 4 tahun.

Sebagai respon terhadap estrogen ibu, ukuran genital eksterna bayi bartu lahir cukup bulan dapat meningkat, begitu juga dengan pigmentasinya. Terdapat rugae yang melapisi kantong skrotum.

11.      Sistem skelet

Arah pertumbuhan sefalo kaudal terbukti pada pertumbuhan tubuh secara keseluruhan. Kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat panjang tubuh. Lengan sedikit lebih panjang daripada tungkai. Wajah relatif kecil terhadap ukuran tengkorak yang jika dibandingkan lebih besar dan berat. Ukuran dan bentuk cranium dapat mengalami distorsi akibat moulase.

Pada BBL lutut saling berjauhan satu kaki diluruskan dan tumit disatukan, sehingga tungkai bawah terlihat agak melengkung. Saat baru lahir, tidak terlihat lengkungan pada telapak kaki.

Ekstremitas harus simetris, harus terdapat kuku jari tangan dan jari kaki. Garis-garis telapak tangan sudah terlihat. Terlihat juga garis pada telapak kaki bayi cukup bulan.

12.      Sistem neouromuskular

Saat ini, BBL cukup bulan dikenal sebagai makhluk yang reaktif, responsive dan hidup. Perkembangan sensorik bayi baru lahir dan kapsitas untuk melakukan interaksi sosial dan organisasi sangat jelas terlihat.

Aktifitas motorik spontan dapat muncul dalam bentuk tremor sementara dimulut dan didagu, terutama sewaktu mengangis, dan pada ekstremitas terutama pada lengan dan tangan, Tremor ini normal.

Kontrol neuromuskuler pada BBL walaupun masih sangat terbatas dapat ditemukan. Apabila bayi baru lahir diletakkan diatas permukaan yang keras dengan wajah menghadap ke bawah, bayi akan memutar kepalannya ke samping untuk mempertahankan jalan nafas. Bayi berusaha mengangkat kepalanya supaya tetap sejajar dengan tubuhnya bila kedua lengan bayi ditarik keatas hingga kepala terangkat.

13.      Sistem termogenik

Perawatan neonatus yang efektif didasarkan pada upaya mempertahankan suhu optimum udara diruangan. Suhu tubuh dipertahankan supaya tetap berada pada batas sempit suhu tubuh normal dengan memproduksi panas sebagai respon terhadap pengeluaran panas. Kemampuan BBL untuk memproduksi panas sering kali mendekati kapasitas orang dewasa. Akan tetapi, kecenderungan pelepasan panas yang cepat pda lingkungan yang dingin lebih besar dan sering menjadi suatu keadaan yang membahayakan bagi BBL.

Mekanisme produksi panas dengan cara menggiggil jarang terjadi pada BBL. Termogenesis tanpa menggiggil dapat dicapai, terutama akibat adanya lemak cokelat yang unik pada BBL dan kemudian dibentuk akibat peningkatan aktivitas metabolisme di otak, di jantung dan di hati. Lemak cokelat terdapat dalam cadangan permukaan, yaitu didaerah interskapula dan diaksila serta dibagian yang lebih dalam yaitu di pintu masuk toraks, disepanjang columna vertebralis dan disekitar ginjal. Padas yang dihasilkan aktivitas metabolisme lipid di dalam lemak cokelat dapat menghangatkan BBL dengan meningkatkan produksi panas sebesar 100%. Cadangan lemak cokelat ini bertahan selama beberapa minggu setelah bayi lahir dan menururn dengan cepat jika stress dingin.

b.   Karakteristik perilaku

1.    Siklus tidur-terjaga

            Variasi tingkat kesadaran BBL disebut siklus tidur-terjaga. Ada 2 keadaan tidur, yaitu tidur yang dalam serta tidur yang tidak dalam dan ada 4 tahap terjaga, keadaan mengantuk, waspada-tenang (quite alert), waspada-aktif (actif alert) dan menangis.

            BBL tidur 17 jam sehari dengan periode terjaga yang semakin hari semakin panjang. Pada minggu ke-4, beberapa bayi mulai teteap terjaga diantara waktu pemberian makan.

2.    Perilaku sensori

a.    Penglihatan

Saat lahir, pupil bayi bereaksi terhadap rangsangan cahaya dan memperlihatkan refleks mengedip dengan mudah. Kelenjar air mata biasanya belum berfungsi sampai bayi berusia 2 sampai 4 minggu. Jarak pandang yang paling jelas ialah 17 sampai 20 cm, yaitu kira-kira jarak wajah bayi kewajah ibu saat menyusui. Bayi baru lahir sensitive terhadap cahaya. Bayi akan mengerutkan wajah bila suatu cahaya terang diarahkan ke wajahnya dan akan memalingkan kepala ke cahaya yang teduh. Apabila ruangan digelapkan, mereka akan membuka mata mereka dan melihat sekeliling.

b.    Pendengaran

Segera setelah cairan amnion keluar dari telinga pendengaran bayi sama dengan pendengaran orang dewasa. Keadaan ini terjadi sejak 1 menit setelah BBL. BBL berespon terhadap bunyi berfrekuensi rendah seperti denyut jantung atau suara yang meninabobokan mereka dengan menurunkan aktivitas motorik atau menangis. Respon terhadap bunyi berfrekuensi tinggi ialah menunjukkan suatu reaksi terjaga.

c.    Sentuhan

Semua bagian tubuh bayi merespon terhadap sentuhan. wajah, terutama mulut, tangan dan telapak kaki tampaknya merupakan daerah yang paling sensitif.

d.   Pengecap

BBL memiliki system kecap yang berkembang baik dan larutan yang berbeda menyebabkan bayi memperlihatkan akspresi wajah yang berbeda. Larutan yang hambar tidak membuat bayi berespon, sedangkan larutan yang manis membuat bayi mengisap dengan semangat.

e.     Penciuman

Indera penciuman bayi baru lahir sudah berkembang baik saat bayi lahir. BBL tampaknya memberi rekasi yang sama dengan rekasi orang dewasa, bila diberi bau yang menyenangkan. Bayi yang disusui mampu membaui ASI dan dapat membedakan ibunya dari ibu lain yang juga menyusui. Bayi wanita yang diberi susu botol lebih menyukai bau wanita yang menyusui daripada wanita lain yang tidak menyusui. Bau ibu ini dipercaya mempengaruhi pemberian makan. (Bobak, Keperawatan Maternitas, 2004, Hal 362)

2.4.3        Asuhan dan penanganan BBL

1.   Membersihkan jalan nafas

        Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila tidak menangis secara spontan maka segera bersihkan jalan nafas dengan cara meletakkan kepala bayi pada posisi telentang ditempat yang keras dan hangat, gulung sepotong kain dan letakkan dibawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisis kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang. Bersihkan hidung, rongga mulut, dan tenggorokkan bayi dengan jari tangan yang dibungkus kassa steril, kemudian tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain kering kasar. Dengan rangangan ini biasanya bayi akan menangis.

2.   Memotong dan merawat tali pusat

Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak begitu menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang bulan. Apabila bayi lahir tidak menangis, maka tali pusat segera dipotong untuk memudahkan melakukan tindakan resusitasi pada bayi. Tali pusat dipotong  5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril. Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan alkohol 70% atau povidon iodine 10% serta dibalut kasa steril. Pembalut tersebut diganti setiap hari atau setiap tali basah atau kotor.

·      Sebelum memotong tali pusat, dipastikan bahwa tali pusat telah diklem dengan baik untuk mencegah terjadinya perdarahan.

       Alat pengikat tali pusat atau klem harus selalu siap tersedia di ambulans, di kamar bersalin, ruang penerima bayi, dan ruang perawatan bayi.

        Gunting steril juga siap.

       Pantau kemungkinan terjadinya perdarahan dari tali pusat.

3.   Mempertahankan suhu tubuh bayi

Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolak ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil. Suhu bayi harus dicatat.

4.   Memberi vitamin K

Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir dilaporkan cukup tinggi, berkisar 0,25-0,5%. Untuk mencegah terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari, sedangkan bayi risiko tinggi diberi vit K parenteral dengan dosis 0,5-1 mg IM.

5.   Memberi obat tetes mata

Setiap bayi baru lahir perlu diberi salep mata sesudah 5 jam lahir yaitu guna mencegah oftalmia neonatorum. Pemberian obat mata eritromisin 0,5 % atau tetrasiklin 1 % dianjurkan untuk mencegah penyakit mata klamidia ( penyakit menular seksual ).

6.   Mencegah infeksi

Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir.

7.   Identifikasi bayi

Apabila bayi dilahirkan di tempat bersalin yang persalinannya mungkin lebih dari satu persalinan maka sebuah alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada setiap bayi baru lahir dan harus di tempatnya sampai waktu bayi dipulangkan.

8.   Pemantauan Bayi

Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.

1.Dua jam pertama setelah lahir

Hal-hal yang dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama sesudah lahir meliputi :
-Kemampuan menghisap kuat atau lemah
-Bayi tampak aktif atau lunglai
-Bayi kemerahan atau biru

2. Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya, penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap ada atau tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan tindak lanjut seperti :

– Bayi kecil untuk masa kehamilan bayi kurang bulan

– Gangguan pernapasan

– Hipotermia

– Infeksi

– Cacat bawaan dan trauma lahir

(Saifuddin, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2006, Hal 133-136)

3.    Dua sampai enam hari setelah lahir

a.    Minum.

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi. Berikan ASI sesering mungkin sesuai dengan keinginan ibu (jika payudara sudah penuh) atau sesuai kebutuhan bayi, yaitu setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam), bergantian antara payudara kiri dan kanan. Berikan ASI saja (ASI eksklusif) sampai bayi berusia 6 bulan. Selanjutnya pemberian ASI diberikan sampai anak berusia 2 tahun, dengan penambahan makanan lunak atau padat yang disebut Makanan Pendamping Asi (MPASI).

b.    Defekasi (BAB)

Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup bervariasi selama munggu pertama dan jumlah paling banyak adalah antara hari ketiga dan hari keenam. Bayi baru lahir yang diberi makan lebih awal akan lebih cepat mengeluarkan feses daripada mereka yang diberi makan kemudian. Feses dari bayi yang menyusu dengan ASI akan berbeda dengan bayi yang menyusu dengan susu botol. Feses dari bayi ASI lebih lunak, berwarna kuning emas, dan tidak menyebabkan iritasi pada kulit bayi.

c.    Berkemih (BAK)

Biasanya terdapat urin dalam jumlah yang kecil pada kandung kemih bayi saat lahir, tetapi ada kemungkinan urin tersebut tidak dikeluarkan selama 12-24 jam. Berkemih sering terjadi setelah periode ini dengan frekuensi 6-10 kali sehari dengan warna urin yang pucat. Kondisi ini menunjukan masukan cairan yang cukup

d.   Tidur

Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur. Bayi baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata tidur selama 16 jam sehari.

e.    Kebersihan kulit

Kebersihan kulit pada bayi perlu benar-benar di jaga.

f.     Tanda-tanda bahaya.

·      Pernapasan sulit atau labih dari 60 kali pe rmenit.

·      Terlalu hangat (>38oC) atau terlalu dingin (<36oC).

·      Kulit bayi kering (terutama 24 jam pertama), biru, pucat, atau memar.

·      Isapan saat menyusu lemah, rewel, sering muntah, dan mengantuk berlebihan.

·      Tali pusat merah, keluar cairan, berbau busuk, dan berdarah.

·      Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, feses cair, sering berwarna hijau tua, dan terdapat lendir atau darah.

·      Menggigil, rewel, lemas, mengantuk, kejang, tidak bisa tenang, menangis terus menerus.

g.    Imunisasi

Hepatitis B-1 harus diberikan 12 jam setelah lahir, HB-2 diberikan dengan interval 1 bulan setelah HB-1. Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama, atau diberikan saat bayi di pulangkan untuk bayi yang lahir di RB/RS. BCG dapat diberikan sejak lahir sampai usia 2 bulan.

(Vivian, Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita, 2010, hal 27-32)

4.    Satu sampai enam minggu setelah lahir

Tinjau ulang sistem-sistem utama tubuh yaitu:

·      Sistem pernapasan

Dalam keadaan normal tangis bayi terdengar keras dan bernada sedang, jika terjadi kelainan suara bayi akan bernada lebih tinggi dan lemah.

·      Sistem kardiovaskuler dan darah

Sirkulasi perifer berjalan lambat, ini akan mengakibatkan sianosis ringan pada tangan dan kaki serta perbedaan warna pada kulit

·      Sistem gastrointestinal

Kapasitas lambung sebesar 12-20 cc dan akan meningkat dalam minggu-minggu pertama kehidupan. Pada saat lahir, keasaman lambung tinggi namun pada hari ke-10 hampir tidak ada asam lambung. Oleh karena itu bayi rentan terhadap infeksi.

·      Sistem reproduksi

Anak perempuan dapat mengalami menstruasi (pseudomenstruasi) atau pembesaran payudara yang kadang disertai oleh sekresi cairan dari putting pada hari ke-4 atau ke-5, namun hal ini hanya berlangsung sementara.

·      Sistem musculoskeletal

Ubun-ubun posterior akan menutup pada usia 6-8 minggu.

·      Sistem neurologi

Relatif  belum matang setelah lahir. Reflek dapat menunjukan keadaan normal dari integritas sistem saraf dan sistem muskuloskeletal.

·       Pancaindera

Sensitif terhadap cahaya terang dan dapat mengenali pola hitam dan putih yang tercetak tebal dalam bentuk muka manusia. Bayi sudah dapat mengenali bau yang menyengat. Menyukai bau susu, terutama ASI. Bereaksi secara kuat terhadap berbagai rasa dan memperlihatkan kesukaan rasa yang kuat terhadap rasa manis. Pndengaran tajam dan dapat membedakan berbagai suara. Bayi baru lahir cenderung lebih menyukai suara ibunya dibandingkan orang lain dan merasa tenang dengan suara-suara bernada rendah. bayi sangat sensitive terhadap sentuhan. Merasa senang dengan kontak kulit ke kulit, berendam dalam air, gosokan tangan, belaian dan gerakan ayun.

(Vivian, Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita, 2010, hal 39-43)

 

 

2.4.4        Pemeriksaan fisik

Adapun pemeriksaan fisik yang dilakukan pada bayi meliputi:

a.   Pengukuran berat badan

1.      Timbang berat badan menggunakan timbangan bayi.

2.      Lakukan penilaian dari hasil penimbangan, dengan kategori:

a)      Normal              : 2500-3500 gram

b)      Prematur           : < 2500 gram

c)      Makrosomia      : > 3500 gram

a.       Pengukuran panjang badan

1.      Ukur panjang badan dengan menggunakan pengukuran panjang badan.

2.      Lakukan penilaian dari hasil pengukuran, dengan kategori normal adalah 45-50 cm.

b.      Pemeriksaan kepala

Prosedur :

1.      Ukur lingkar kepala

2.      Lakukan penilaian hasil pengukuran, bandingkan dengan lingkar dada, jika diameter kepala lebih besar 3 cm dari lingkar dada. Bayi mengalami hidrosepalus dan jika diameter kepala lebih kecil 3 cm dari lingkar dada, bayi tersebut mengalami mikrosefalus.

3.      Kaji jumlah dan warna dan adanya lanurgo terutama di daerah bahu dan punggung.

4.      Kaji adanya moulase, yaitu tulang tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir, apakah simetris atau tidak.

5.      Kaji kaput suksedanium (oedema kulit kepala, lunak, dan tidak berfluktuasi, batas tidak tegas, dan menyebrangi sutura, akan menghilang dalam beberapa hari)

6.      Kaji sefalhematoma yang terjadi sesaat setelah lahir dan tidak tampak pada hari pertama karena tertutup kaput suksedanium, konsistensinya lunak, berfluktuasi, berbatas tegas pada tepi tulang tengkorak, tidak menyebrangi sutura dan jika menyebrangi sutura akan mengalami fraktur tulang tengkorak. Sefalhematom akan hilang dengan sempurna dalam waktu 2-6 bulan.

7.      Kaji adanya perdarahan akibat pecahnya pembuluh vena yang menghubungkan jaringan di luar sinus dalam tengkorak, batasnya tidak tegas sehingga bentuk kepala tampak asimetris dengan palpasi teraba fluktuasi.

8.      Kaji adanya fontanel dengan cara melakukan palpasi menggunakan jari tangan, denyutannya sama dengan denyut jantung kemudian fontanel posterior akan dilihat proses penutupan setelah usia 2 bulan dan fontanel anterior menutup saat usia 12-18 bulan.

c.       Pemeriksaan Mata

Prosedur :

1.      Kaji adanya strabismus (koordinasi gerakan mata yang belum sempurna) dengan cara menggoyang kepala secara perlahan-lahan sehingga mata bayi akan terbuka.

2.      Kaji adanya kebutuhan jika bayi jarang berkedip atau sensitivitas terhadap cahaya berkurang.

3.      Kaji tanda sindrom down jika ditemukan adanya epikantus yang melebar.

4.      Kaji adanya katarak kongenital jika pupil berwarna putih.

5.      Kaji trauma pada mata seperti adanya edema palbebra, perdarahan konjungtiva, retina dan lain-lain.

d.      Pemeriksaan Telinga

Prosedur :

1.      Kaji adanya gangguan pendengaran dengan menggunakan bel, apakah terjadi refleks terkejut, jika tidak terjadi refleks terkejut kemungkinan bayi mengalami gangguan pendengaran.

2.      Kaji prosedur hubungan mata dengan telinga.

 

 

e.       Pemeriksaan Hidung dan Mulut

1.      Kaji pada pernapasan dengan cara melihat napas, jika bayi bernapas melalui mulut, kemungkinan bayi mengalami obstruksi jalan napas. Karena adanya atresia koana bilateral atau fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring.

2.      Kaji napas cuping hidung yang menunjukan gangguan paru – paru.

3.      Kaji adanya kista di mukosa mulut.

4.      Kaji lidah untuk menilai warna, kemampuan refleks menghisap dengan mengamati saat menyusui. Jika ditemukan lidah menjulur keluar, dapat diduga adanya kacacatan kongenital. Kemudian kaji bercak di mukosa mulut, palatum dan pipi biasanya disebut monila albicans.

5.      Kaji gusi untuk menilai adanya pigmen gigi apakah terjadi penumpukan pigmen yang tidak sempurna.

f.       Pemeriksaan Leher

1.      Kaji adanya pembengkakan dan benjolan.

2.      Kaji pergerakan leher, jika terjadi keterbatasan gerakan, kemungkinan tejadi kelainan di tulang leher, seperti kelainan tiroid, hemangioma, dan lain-lain.

 

g.      Pemeriksaan dada dan Punggung

1.      Kaji adanya kelainan bentuk

2.      Kaji kesimetrisan, jika tidak simetris, kemungkinan bayi mengalami pnemotoraks, paresis diafragma, atau hernia diafragmatika.

3.      Kaji ada tidaknya fraktur klavikula dengan cara maraba duktus kordis dengan menentukan posisi jantung.

4.      Kaji frekuensi dan suara jantung dengan auskultasi stetoskop.

5.      Kaji bunyi pernafasan, bunyi napas bayi adalah bronkovesikuler dan bising usus yang terdengar di daerah dada menunjukan hernia diafragmatika.

h.      Pemeriksaan Abdomen

1.      Kaji bentuk abdomen jika ditemukan bentuk abdomen membuncit, kemungkinan disebabkan hepatosplenomegali atau cairan di dalam rongga perut.

2.      Kaji adanya kembung dengan perkusi.

i.Pemeriksaan tulang belakang dan ekstremitas

1.      Kaji adanya kelainan tulang belakang (sepeti skoliosis, meningokel, spina bifida) dengan cara bayi diletakkan pada posisi tengkurap, kemudian tangan meraba sapanjang tulang belakang.

2.      Kaji adanya kelemahan atau kelumpuhan dengan cara melihat posisi kedua kaki, adanya pes equinovarus atau valgus dan keadaan jari-jari tangan dan kaki apakah polidaktili.

j.Pemeriksaan genetalia

1.      Kaji adanya labia mayora yang menutupi labia minora, lubang uretra dan vagina terpisah. Jika ditemukan satu lubang terjadi kelainan dan jika ada sekret dilubang vagina, hal tersebut karena pengaruh hormon maternal.

2.      Kaji adanya fimosis, hipospadia yang merupakan defek di bagian ventral ujung penis atau defek disepanjang penis dan epispadia merupakan kelainan defek pada dorsum penis.

k.      Pemeriksaan anus dan rektum

1.      Kaji adanya kelainan atresia ani atau mengetahui posisinya.

2.      Kaji adanya mekonium. Secara umum mekonium keluar dalam rentang 24 jam jika dalam 48 jam belum keluar kemungkinan mekonium pluf syndrome, megakolon, atau obstruksi saluran pencernaan.

l.Pemeriksaan Kulit

1.      Kaji adanya verniks kasiosa yang merupakan zat bersifat seperti lemak berfungsi sebagai pelumas atau sebagai isolasi panas pada bayi cukup bulan.

2.      Kaji adanya lanurgo, yakni rambut halus di punggung bayi, jumlahnya lebih banyak pada bayi kurang bulan daripada bayi cukup bulan. (Aziz, Asuhan Neonatus Bayi dan Balita, 2008, Hal 17–26).

 

2.5              NIFAS

2.5.1        Definisi Masa Nifas

Nifas adalah masa nifas ( puerperium ) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum   hamil, masa nifas    berlangsung    selama  kira-kira 6   minggu. ( Saifudin, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,.  2006, Hal 121 )

Masa nifas (postpartum/puerpurium) berasal dari bahasa latin yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous yang berarti melahirkan. Yaitu masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama pada masa ini berkisar sekitar 6 – 8 minggu. (Sujiyatini, Asuhan Ibu Nifas, 2010, Hal 1)

Masa nifas atau puerpurium adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kendungan kembali ke keadaan sebelum hamil, dimana masa ini berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Maryuani, Biologi Reproduksi dalam Kebidanan, 2010, Hal 337)

2.5.2        Tujuan Asuhan Masa Nifas

Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas ialah untuk :

1.      Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologisnya.

2.      Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

3.      Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.

4.      Memberikan pelayanan keluarga berencana.

(Saifuddin, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2006, Hal 122)

2.5.3        Tahapan Masa Nifas

Masa nifas terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu :

1.        Puerperium dini : Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan.

2.        Puerperium intermedial : Suatu masa dimana kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

3.        Remote puerperium : Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna yang berlangsung sekitar 3 bulan. Tapi bila selama hamil maupun bersalin ibu mempunyai komplikasi masa ini bisa berlangsung lebih lama sampai tahunan.

(Sujiyatini, dkk, Asuhan Ibu Nifas, 2010, Hal 1)

2.5.4        Perubahan fisiologis masa nifas

Ibu yang mengalami masa nifas akan mengalami perubahan-perubahan fisiologi, yaitu:

a.         Involusi alat–alat kandungan

1.    Uterus secara berangsur–angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

Tabel  2.3

 Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi

Involusi

Tinggi fundus uteri

Berat uterus

Bayi lahir

Uri lahir

1 minggu

2 minggu

6 minggu

8 minggu

setinggi pusat

2 jari bawah pusat

pertengahan pusat simfisis

tak teraba di atas simfisis

bertambah kecil

sebesar normal

1000 gram

750 gram

500 gram

300 gram

50 gram

30 gram

     (Winkjosastro, 2006)

2.    Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir seluas 12 x 5 cm, dimana pembuluh darah besar bermuara. Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu ke 2 sebesar 6 -8 cm dan pada akhir masa nifas sebesar 2 cm. Luka bekas imlantasi plasenta akan sembuh karena pertumbuhan endometrium yang berasal dari tepi luka dan lapisan basalis endometrium.

3.    Luka – luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.

4.    Rasa sakit yang disebut after pain (mules) disebabkan kontraksi, biasanya berangsung 2-4 hari pasca persalinan.

5.    Lochea

Lockea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas, lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uteus.

Lockea terdiri dari 4 tahapan :

a)        Lochea Rubra : muncul pada hari 1 sampai hari ke 4 post partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi) dan mekonium.

b)        Lochea sanguinolenta : berwarna merah kecoklatan dan berlendir, berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 postpartum.

c)        Lochea serosa : berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit dan robekan/laserasi plasenta. Muncul pada hari ke 7 sampai hari 14 postpartum.

d)       Lochea alba : mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba bisa berlangsung selama 2 samapai 6 minggu postpartum.

b.        Perubahan pada mammae

Sejak kehamilan muda sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar-kelenjar mammae untuk menghadapi laktasi. Umumnya produksi ASI baru berlangsung pada hari ke 2-3 post partum. Pada hari pertama yaitu air susu yang mengandung colostrum yang merupakan cairan kuning lebih kental dari pada ASI, mengandung protein yang mudah dicerna dan mengndung antibody. Rasangan psikis ibu juga merupakan refleks ke otak untuk merangsang keluarnya oksitosin sehingga ASI dapat dikeluarkan dan sekaligus mempunyai efek samping memperbaiki involusi uteri. Keuntungan lain dari menyusui ialah timbulnya rasa kasih sayang sehingga tumbuh suatu pertalian yang intim antara ibu dan bayi.

c.         Perubahan pada serviks

Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah.  Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat laserasi/perlukaan kecil. Bentuknya seperti corong karena disebabkan oleh korpus uteri yang mengadakan kontraksi. Muara serviks yang berdilatasi 10 cm pada waktu persalinan, menutup secara bertahap. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dimasuki 2-3 jari, pada minggu ke 6 postpartum serviks menutup.

d.        Kembalinya menstruasi dan ovulasi

Jika wanita setelah melahirkan tidak menyusui, menstruasi mungkin akan kembali dalam 6-8 minggu setelah persalinan. Tetapi secara klinis sulit untuk menentukan waktu spesifik masa menstruasi pertama setelah melahirkan.

e.         Perubahan pada vagina

Vagina adalah jalan lahir bayi pada persalinan spontan /normal pada saat persalinan terjadi peregangan dan luka-luka pada vagina tersebut karena di lalui oleh bayi akan tetapi luka-luka pada vagina akan berangsur-angsur pulih seperti sedia kala pada saat nifas.

f.         Perubahan pada sistem kardiovaskuler

Pada masa hamil tedapat hubungan pendek yang dikenal sebagai ”shunt” antara sirkulasi ibu dan plasenta. Setelah melahirkan ”shunt” akan hilang dengan tiba-tiba, volume darah pada ibu relatif bertambah. Keadaan ini menimbulkan beban pada jantung, keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah dapat kembali seperti semula. Umumnya hal ini terjadi pada hari ke 3-15 post partum.

g.        Perubahan Sistem muskulosletal

Pada periode post partum, terjadi sedikit relaksasi otot dan hypermobilitas persendian. Ibu akan mengalimi kelelahan otot akibat proses persalinan. Kondisi otot akan kembali normal pada minggu pertama post partum.

h.        Perubahan tanda-tanda vital

Tekanan darah, suhu, pernafasan, dan nadi perlu diatasi karena merupakan gejala kelainan apabila keadaan tidak normal. Tekanan darah mengalami sedikit perubahan pada 48 jam pertama post partum. Sehabis melahirkan biasanya suhu tubuh meningkat akibat efek dehidrasi selama persalinan. Pada nadi terjadi peningkatan pada jam-jam pertama post partum. Sedangkan pada pernafasan dalam 1-2 jam post partum.

i.          Perubahan pada sistem perkemihan

Ibu setelah bersalin diharapkan maksimal 6 jam persalinan post partum ibu sudah kencing sendiri akibat pada partus muskulus spingter vesika ex uretra mengalami tekanan oleh kepala janin sehingga fungsinya terganggu. Bila hal ini terjadi, lakukan kateterisasi pada ibu tersebut.

j.          Perubahan pada pencernaan

Pada sistem pencernaan sangat disarankan pada ibu setelah bersalin mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung protein untuk proses penyembuhan luka-luka setelah persalinan. Banyak mengandung serat agar mempermudah pada saat defekasi dan cukup kalori dan air untuk pemulihan tenaga selama persalinan.

k.        Perubahan pada perineum

Perineum ibu pada saat persalinan spontan kadang-kadang mengalami luka. Hal ini sering tejadi pada ibu yang mempunyai perineum kaku sehingga luka-luka tersebut harus dijahit agar kembali seperti semula.

l.          Produksi ASI

Selama kehamilan payudara ibu membesar dalam rangka mempersiapkan produksi ASI. Bayi segera disusui setelah lahir dan sesering mungkin. Pengisapan payudara pada bayi akan merangsang produksi ASI. Setelah ASI mengalir dan bayi menyusui secara teratur, maka payudara menjadi lunak dan terasa lebih nyaman. ASI merupakan makanan yang paling tepat bagi bayi karena mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan bayi, mudah dicerna dan memberikan perlindungan terhadap infeksi.

m.      Perubahan pada hematology

Dalam 72 jam pertama post partum terjadi kehilangan sejumlah volume plasma darah. Hal ini menyebabkan hematokrit meningkat dan HB mengalami penurunan hingga 7 hari post partum. Faktor pembekuan darah dan fibrinogen akan meningkat setelah melahirkan. HB ibu rata-rata menurun karena kehilangan banyak darah pada persalinan, namun akan kembali jika asupan gizi benar. Jagalah ibu agar tidak terjadi anemis.

n.        Perubahan pada endokrin

Akan terjadi perubahan sistem hormon, terutama hormon progesteron akan menurun dan hormon prolaktin meningkat untuk persiapan laktasi. Hormon FSH akan kembali muncul sehingga pematangan sel telur akan segera terjadi, akan tetapi FSH sedikit tertekan oleh hormon prolaktin sehingga jarang terjadi ovulasi pada ibu yang menyusui. (Ambarwati, Asuhan Kebidanan Nifas, 2008, Hal 73-79).

 

2.5.5        Perubahan Psikologis pada masa nifas

            Pada masa nifas, wanita banyak mengambil perubahan selain fisik yaitu antara lain wanita meningkat emosinya. Pada masa ini wanita mengalami transisi menjadi orang tua. Fase yang dilalui oleh ibu postpartum :

1.        Taking in

Yaitu terjadi fantasi, introspeksi, proyeksi dan penolakan. Perhatian ibu terutama pada dirinya, mungkin pasif dan ketergantungan. Ciri-cirinya :

a.    Terjadi pada 2-3 hari setelah melahirkan

b.    Bersifat pasif dan tergantung, segala energinya difokuskan pada kekhawatiran tentang badannya.

c.    Ibu mungkin bercerita tentang pengalamannya berulang-ulang.

d.   Istirahat tidur dan tidak terganggu adalah sangat penting karena kelelahan.

e.    Kadang ibu tidak menginginkan kontak dengan bayinya, tetapi bukan berarti tidak menyayangi bayinya, ibu hanya mengenang pengalaman melahirkan.

2.        Taking on/Taking Hold

Yaitu meniru dan role play. Cirinya :

a.    Terjadi pada hari 3-10 setelah melahirkan

b.    Ibu menjadi khawatir akan kemampuannya merawat bayi dan menerima tanggung jawabnya sebagai seorang ibu yang makin besar.

c.    Ibu memfokuskan dirinya dalam mengambil kembali kontrol akan fungsi tubuhnya sendiri (BAB, BAK, dll)

d.   Ibu mempunyai perasaan sangat sensitive sehingga mudah tersinggung dan gampang marah.

e.    Ibu mencoba keterampilan merawat bayinya.

3.        Letting go

a.    Terjadi pada 10 hari setelah melahirkan/setelah ibu pulang dari RS.

b.    ibu mengambil tanggung jawab dalam merawat bayinya.

c.    Ibu menyesuaikan dirinya dengan kebutuhan ketergantungan bayinya.

d.   Berkurang otonomi dirinya.

e.    Berkurang ketergantungannya pada orang lain.

f.     Mulai terjadi postpartum blues.

(Sujiyatini, Asuhan Ibu Nifas, 2010, Hal 155-158)

2.5.6        Asuhan Kebidanan pada masa nifas

1.   Kebersihan diri

a.    Anjurkan kebersihan seluruh tubuh

b.    Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.

c.    Sarankan ibu untuk mengganti pembalut dua kali sehari

d.   Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya

e.    Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan pada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka

2.   Istirahat

a.    Anjurkan ibu untuk istirahat cukup serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur

b.    Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga seperti biasa secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur

c.    Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal yaitu, mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri

3.   Latihan

a.    Mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung

b.    Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot pantat dan pinggul tahan sampai 5 kali hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali. Setiap minggu naikan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke 6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali

4.   Gizi

a.    Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari

b.    Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup

c.    Minum sedikit 3 liter air setiap hari

d.   Minum pil zat besi untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca persalinan

e.    Minum kapsul vitamin A ( 200.000 unit ) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI nya

5.   Perawatan Payudara

a.    Menjaga payudara tetap bersih dan kering

b.    Menggunakan BH yang menyokong payudara

c.    Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui.

 

 

 

6.   Hubungan Perkawinan

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri.

7.   Keluarga Berencana

Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya. Jika  ibu atau pasangan telah memilih metode KB tertentu, ada baiknya untuk bertemu dengannya lagi dalam dua minggu untuk mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh ibu dan untuk memastikan apakah metode tersebut bekerja dengan baik atau tidak.

(Saifuddin, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2006, Hal 127 – 129)

2.5.7        Kunjungan masa nifas

1.   Kunjungan I ( 6-8 jam setelah persalinan )

          Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, memberikan konseling pada ibu atau keluarga bagaiman mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, pemberian ASI awal, melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir dan menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia, mendampingi ibu dan bayi baru lahir bagi petugas kesehatan yang menolong persalinan ibu minimal 2 jam setelah lahir atau sampai kondisi ibu dan bayi stabil.

2.   Kunjungan II ( 6 hari setelah persalinan )

          Memastikan involusi uterus berjalan normal yaitu : uterus berkontraksi, fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan maupun bau yang abnormal, menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal, memastikan ibu mendapatkan cukup makan, cairan dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda penyulit, memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

3.   Kunjungan III ( 2 minggu setelah persalinan )

Sama dengan kunjungan 6 hari setelah bersalin.

4.   Kunjungan IV ( 6 minggu setelah persalinan )

          Mengidentifikasi tentang kemungkinan terjadinya penyulit pada ibu dan bayinya, memberikan konseling metode kontasepsi/ KB secara dini.

(Sujiyatini, dkk, Asuhan Ibu Nifas, 2010, Hal 5)

2.6              KELUARGA BERENCANA (KB)

2.6.1             Definisi

Pengertian keluarga berencana menurut UU No. 10 tahun 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keuarga kecil, bahagia dan sejahtera. (Noviawati, 2008,  Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini, Hal 28)

Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk menunda atau mencegah kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. (Sujiyatini, dkk, Asuhan Ibu Nifas, 2010, Hal 222)

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas. (Sarwono, Ilmu Kebidanan, 2006, Hal 905)

2.6.1            Tujuan Program KB

Secara umum tujuan lima tahun kedepan yang ingin dicapai dalam rangka mewujudkan visi dan misi program KB adalah  membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksanaan program KB nasional yang kuat dimasa mendatang, sehingga visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas 2015 dapat tercapai.

Tujuan utama program KB nasional adalah untuk memenuhi perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat/kematian ibu, bayi dan anak serta penanggulangan masalah program kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas.

Tujuan program penguatan kelembagaan keluarga kecil berkualitas adalah untuk membina kemandirian sekaligus meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan KB dan kesehatan reproduksi, serta pemberdayaan dan ketahanan keluarga terutama daerah industri masyarakat di perkotaan dan pedesaan. (Noviawati, Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini, 2008, Hal 28)

2.6.2            Persyaratan medis dalam penapisan klien

a.    Umum

·      Pelayanan dan informasi Keluarga Berencana merupakan intervensi kunci dalam upaya meningkatkan kesehatan perempuan dan anak, serta merupakan hak asasi manusia.

·      Telah terjadi perkembangan yang berarti dalam teknologi kontrasepsi misalnya transisi dari estrogen dosis tinggi ke dosis yang rendah pada pil kombinasi atau dari AKDR inert ke AKDR yang mengeluarkan levonogestrel. Perkembangan ini telah menghasilhan pilihan lebih banyak tentang metode kontrasepsi yang lebih efektif dan aman. Dilain pihak masih banyak pasangan diseluruh dunia yang belum mendapat akses terhadap pelayanan keluarga berencana karena berbagai faktor seperti masalah logistik, sosial, perolaku, organisasi dan prosedur dalam sistem pelayanan kesehatan yang perlu diperbaiki.

·      Untuk meningkatkan akses terhadap pelayanan kb yang bermutu yang dilakukan berbagai strategi misalnya :

       hak-hak klien perlu dipertimbangkan dalam perencanaan, manajemen, dan penilaian dalam pelayanan

       meningkatkan persediaan berbagai metode kontrasepsi sehingga klien dapat memilih metode kontrasepsi sehingga klien dapat memilih metode kontrasepsi yang paling cocok untuk mereka

       melaksanakan konseling dan pelayanan kb berdasar kriteria dan persyaratan medis yang terkini

b.   Isu tentang mutu pelayanan dan akses yang mempengaruhi pemberian kontrasepsi

·      Klien harus memperoleh informasi yang cukup sehingga dapat memilih kontasepsi yang sesuai untuk mereka. Informasi tersebut meliputi pemahaman efektifitas relatif (relative effectiveness) dari metode kontrasepsi, cara kerja, efek samping, manfaat dan kerugian metode tersebut, gejala dan tanda yang perlu ditindak lanjuti di klinik/fasilitas kesehatan lainnya, kembalinya kesuburan dan perlindungan terhadap PMS.

·      Fasilitas kesehatan, tenaga terlatih dan alat yang mendukung yang cukup untuk menjamin pemasangan alat sesuai dengan standar.

·      Peralatan dan pasokan yang cukup serta sesuai dengan kebutuhan

·      Petugas pelayanan yang dilengkapi dengan panduan-panduan agar terhindar dari risiko dan agar penapisan yang sesuai.

·      Petugas harus mendapatkan pelatihan tentang konseling KB.

c.    Efektivitas

·      Dalam hubungan pilihan kontrasepsi, klien perlu diberi informasi tentang :

– Efektivitas relatif dari berbagai metode kontrasepsi yang tersedia;

–    Efek negatif kehamilan yang tidak diinginkan pada kesehatan dan risiko kesehatan potensial pada kehamilan dengan kondisi medis tertentu.

d.   Kondisi yang meningkatkan risiko jika terjadi kehamilan

·      Keadaan-keadaan di bawah ini akan meningkatkan risiko jika disertai kehamilan.

    Hipertensi (TD> 160/100 mmHg. Diabetes : insulin dependen ; dengan nefropati/retinopati atau penyakit vaskular lain atau > 20 tahun telah menderita diabetes .

            Penyakit jantung iskemik

            Stroke  

            Penyakit jantung katup dengan hipertensi.

            Karsinoma payudara

            Karsinoma endometrium/ovarium.

            Infeksi Menular Seksual.

            HIV/AIDS

            Sirosis hati

            Hepatoma

            Penyakit trofoblas ganas.

            Penyakit Sel Sinkle (sel bulan sabit)

            Skistosomiasis dengan fibrosis hati

            Tuberkulosis

·      Pada keadaan-keadaan di atas perlu dipilih metode kontrasepsi yang lebih efektif

e.    Kembalinya kesuburan

·      Semua metode kontrasepsi, kecuali kontrasepsi mantap (sterilisasi), tidak mengakibatkan terhentinya kesuburan.

·      Kembalinya kesuburan berlangsung segera setelah pemakaian, kecuali DMPA dan NET-EN yang waktu rata-rata kembalinya kesuburan adalah masing-masing 10 dan 6 bulan terhitung mulai suntikkan terakhir.

·      Kontrasepsi mantap harus dianggap sebagai metode permanen.

f.    Klasifikasi persyaratan medis

·      Keadaan/kondisi yang mempengaruhi Persyaratan Medis dalam penggunaan setiap  kontrasepsi yang tidak permanen dikelompokkan kedalam 4 kategori:

1           :       Kondisi di mana tidak ada pembatas apa pun dalam penggunaan metode kontrasepsi.

2           :       Penggunaan kontrasepsi lebih besar manfaatnya dibandingkan dengan resiko yang diberikan  akan terjadi.

3           :       Risiko yang diperkirakan lebih besar daripada manfaat penggunaan kontrasepsi.

4           :       Risiko akan terjadi bila metode kontrasepsi tersebut       digunakan.

·      Kategori 1 dan 4 cukup jelas. Kategori 2 menunjukkan bahwa metode tersebut dapat digunakan, tetapi memerlukan tindak lanjut yang seksama. Kategori 3 memerlukan penilaian klinik dan akses terhadap pelayanan klinik yang baik. Seberapa besar masalah yang ada dan ketersediaan serta penerimaan metode alternatif perlu dipertimbangkan. Dengan perkataan lain, pada kategori 3, metode kontrasepsi tersebut tidak dianjurkan, kecuali tidak ada cara lain yang lebih sesuai tersedia. Perlu tidak lanjut ketat.

·      Khusus untuk kontrasepsi mantap (Tubek dan Vasektomi) digunakan klasifikasi lain, yaitu :

A: tidak ada alasan medis yang merupakan kontraindikasi dilakukannya kontrasepsi mantap (kontap).

B:  tindakan kontrasepsi mantap dapat dilakukan, tetapi dengan persiapan dan kewaspadaan khusus.

C: sebaiknya tindakan kontrasepsi mantap ditunda sampai kondisi medis diperbaiki. Sementara itu berikan metode kontrasepsi lain.

D: tindakan kontrasepsi mantap hanya dilakukan oleh tenaga yang sangat berpengalaman dan berperlengkapan anestesi tersedia. Demikina fasilitas penunjang dan kompetensi yang sesuai

g.   Penggunaan klasifikasi dalam penapisan klien

·      Klasifikasi yang digunakan dalam metode ini tidaklah kaku. Tingkat pengetahuan dan pengalaman petugas kesehatan serta sumber-sumber yang tersedia perlu menjadi pertimbangan.

·      Di tempat pelayanan dengan fasilitas pemeriksaan klinik terbatas, misalnya di Puskesmas, klasifikasi 1-4 dapat disederhanakan menjadi 2. Klasifikasi 1 dan 2 dapat digabung, begitu juga 3 dan 4.

(Saifuddin, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2006, Hal U-24-28)

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 2.4

Tabel klasifikasi persyaratan medis dalam penapisan klien

Kondisi

Pil

Kombinasi

Suntikan Kombinasi

Pil Progestin

DMPA NET-EN

Implan

AKDR Cu

AKDR Progestin

M = Mulai, L =  Lanjutan

Karakteristik Pribadi dan Riwayat Reproduksi

Kehamilan

4

4

Usia

Menars-40:1

≥ 40:2

Menars-40:1

≥ 40:2

Menars- 18:1

18-45:1

≥ 45:1

Menars-18:1

18-45:1

≥ 45:1

Menars-18:1

18-45:1

≥ 45:1

Menars-20:2

≥ 20:1

Menars-20:2

≥ 20:1

Paritas

a. Nullipara

b. Multipara

 

1

1

 

1

1

 

1

1

 

1

1

 

1

1

 

2

2

 

2

2

Laktasi

a. < 6 minggu pascapersalinan

b. 6 minggu – <6 bulan laktasi

 

4

 

3

2

 

4

 

3

2

 

3

 

1

1

 

3

 

1

1

 

3

 

1

1

 

 

Pascapersalinan (tanpa laktasi)

a. < 21 hari

b. ≥ 21 hari

 

 

3

1

 

 

3

1

 

 

1

1

 

 

1

1

 

 

1

1

 

 

Pascapersalinan (laktasi/non-laktasi) termasuk pasca SC

a. < 48 jam

b. ≥ 48 jam – < 4 minggu

c. ≥ 4 minggu

d. Sepsis puerperalis

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2

3

 

1

4

 

 

 

 

3

3

 

1a

4

a : jika laktasi, laktasi menjadi 3 sampai 6 minggu pascapersalinan

(Saifuddin, 2006 hal U-29)

1.5.1        Jenis –jenis KB

 1. Metode Amenorea Laktasi (MAL)

Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian air susu ibu(ASI) secara eksklusif,artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apapun lainnya.

a.    Keuntungan Kontrasepsi

1.         Efektifitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pasca persalinan).

2.         Segera efektif

3.         Tidak menggangu senggama

4.         Tidak ada efek samping secara sistematik

5.         Tidak perlu pengawasan medis.

6.         Tidak perlu obat atau efek samping.

7.         Tanpa biaya.

b.    Keuntungan Nonkontrasepsi

Untuk Bayi

1) Mendapatkan kekebalan pasif (mendapatkan antibodi perlindungan dari ASI)

2)    Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang optimal.

3)    Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu lain atau formula

Untuk Ibu

1)    Mengurangi perdarahan pascapersalinan

2)    Mengurangi resiko anemia

3)    Meningkatkan hubungan pisikologik ibu dan bayi

c.    Keterbatasan

1)        Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pasca persalinan

2)        Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial

3)        Efektifitas tinggi sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan

4)        Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS.

2.       Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)

a.    Macam KBA

Metode Lendir serviks atau lebih dikenal sebagai Metode Ovulasi Billings/MOB atau metode dua hari mukosa serviks dan Metode Simtomtermal adalah yang paling efektif. Cara yang kurang efektif adalah misalnya Sistem Kalender atau pantang berkala dan Metode Suhu Basal yang sudah tidak diajarkan lagi oleh pengajar KBA.

b.    Manfaat kontrasepsi

1)        Dapat digunakan untuk menghindari atau mencapai kehamilan

2)        Tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi

3)        Tidak ada efek samping sistemik

4)        Murah atau tanpa biaya

c.    Manfaat nonkontrasepsi

1)        Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana

2)        Menambah pengetahuan tentang sistem reproduksi suami dan istri

3)        Memungkinkan mengeratkan relasi/hubungan melalui peningkatan komunikasi antar suami istri/pasangan.

d.   Keterbatasan

1)        Sebagai kontraseptif sedang(9-20 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama pemakaian

2)        Keefektifan tergantung dari kemauan dan disiplin pasangan untuk mengikuti intruksi.

3)        Perlu ada pelatihan sebagai persyaratan untuk menggunakan jenis KBA yang paling efektif secara benar

4)        Dibutuhkan pelatih atau guru KBA

5)        Pelatih atau guru KBA harus mampu membantu ibu mengenali masa suburnya

6)        Perlu pantang selama masa subur untuk menghindari kehamilan

7)        Perlu pencatatan setiap hari

8)        Infeksi vagina lendir serviks sulit dinilai

9)        Termometer basal diperlukan untuk metode tertentu

10)    Tidak terlindung dari IMS.

3.       Senggama Terputus

Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional,dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mengalami ejakulasi.

a.          Manfaat kontrasepsi

1)        Efektif bila dilaksanakan dengan benar.

2)        Tidak menggangu produksi ASI

3)        Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya.

4)        Tidak ada efek samping

5)        Dapat digunakan setiap waktu

6)        Tidak membutuhkan biaya.

b.          Manfaat Nonkontrasepsi

1)        Meningkatkan keterlibatan suami dalam KB

2)        Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat dan pengertian yang sangat dalam.

c.          Keterbatasan

1)        Efektifitas sangat bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama terputus setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan per tahun)

2)        Efektifitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih melekat pada penis

3)        Memutuskan kenikmatan dalam berhubungan seksual

4.       Metode Barier

a.     Kondom

Kondom tidak hanya mencegah kehamilan,tetapi juga mencega IMS termasuk HIV/AIDS. Efektif bila dipakai dengan benar dan dapat dipakai bersama kontrasepsi lain untuk mencegah IMS. Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks(karet),plastik(vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan seksual.

1)        Manfaat kontrasepsi

·      Efektif bila digunakan dengan benar

·      Tidak mengganggu produk ASI

·      Tidak mengganggu kesehatan klien

·      Tidak mempunyai pengaruh sistematik

·      Murah dan dapat dibeli secara umum

·      Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus

·      Metode kontrapsepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus ditunda.

2)        Manfaat nonkontrasepsi

·      Memberi dorongan kepada suami untuk ikut ber-KB

·      Dapat mencegah penularan IMS

·      Mencegah ejakulasi dini.

·      Membantu mencegah terjadinya kanker serviks (mengurangi iritasi bahan karsinogenik eksogen pada serviks).

·      Saling berinteraksi sesama pasangan

·      Mencegah imunao infertilas.

3)        Keterbatasan

·      Efektifitas tidak terlalu tinggi

·      Cara Penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi

·      Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung)

·      Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi.

·      Beberapa klien malu untuk membeli kondom ditempat umum

·      Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal limbah.

b.    Diafragma

Diafragama adalah kap berbentuk bulat cembung,terbuat dari lateks(karet) yang di insersikan kedalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks.

1.         Manfaat kontrasepsi

·      Efektif bila digunakan dengan benar

·      Tidak mengganggu produksi ASI

·      Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang sampai 6 jam sebelumnya.

·      Tidak mengganggu kesehatan klien

·      Tidak mempunyai efek sistemik

2.         Manfaat nonkontrasepsi

·      Salah satu perlindungan terhadap IMS/HIV/AIDS

·      Bila digunakan pada saat haid,menampung darah menstruasi

3.         Keterbatasan

·      Efektifitas sedang (bila digunakan dengan spermisida angka kegagalan 6-16 kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama)

·      Keberhasilan sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan mengikuti cara penggunaan

·      Motivasi diperlukan berkesinambungan dengan menggunakannya setiap berhubugan seksual

·      Pemeriksaan pelvik oleh petugas kesehatan terlatih diperlukan untuk memastikan ketepatan pemasangan

·      Pada beberapa penggunaan menjadi penyebab infeksi saluran uretra

·      Pada 6 jam pascahubungan seksual,alat masih harus berada di posisinya.

c.    Spermisida

Spermida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk aerosol (busa), tablet vaginal,supositoria atau dissolvable film, dan krim.

1.         Manfaat kontrasepsi

·      Aman

·      Efektif seketika (busa dan krim)

·      Tidak menggangu produksi ASI

·      Bisa digunakan sebagai pendukung metode lain

·      Tidak mengganggu kesehatan klien

·      Tidak mempunyai pengaruh sistemik

·      Mudah digunakan

·      Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual

·      Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus.

2.         Manfaat nonkontrasepsi

Merupakan salah satu perlindungan terhadap IMS

3.         Keterbatasan

·      Efektifitas kurang (18-29 kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama)

·      Efektifitas sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan mengikuti cara penggunaan

·      Ketergantungan pengguna dari motifasi berkelanjutan dengan memakai setiap melakukan hubungan seksual

·      Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah aplikasi sebelum melakukan hubungan seksual (tablet  busa vagina,supositoria dan film)

·      Efektivitas aplikasi hanya 1-2 jam.  

(Saifuddin, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2006, Hal MK-17 – MK-24)

5.       Kontrasepsi Kombinasi (Hormon estrogen dan progesteron)

a.         Pil Kombinasi 

Pil kombinasi bersifat efektif dan reversibel tetapi harus diminum setiap hari. Pada bulan pertama efek samping berupa mual dan perdarahan bercak yang tidak berbahaya dan segera akan hilang. Efek samping serius jarang terjadi. Dapat dipakai oleh semua usia reproduksi.Dapat mulai diminum setiap saat bila yakin sedang tidak sedang tidak hamil. Tidak dianjurkan pada ibu yang menyusui tetapi dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat.

1.         Jenis

a)        Monofasik:pil yang tersedia dalam kemasan 21 Tablet mengandung hormon aktif estrogen dan progestin dalam dosis yang sama dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

b)        Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen dan progestin dengan dua dosis yang berbeda,dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

c)        Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dengan tiga dosis yang berbeda dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

2.         Manfaat

·      Memiliki efektifitas yang tinggi (hampir efektifas tubektomi),bila digunakan setiap hari (1 kehamilan per 100 perempuan dalam tahun pertama penggunaan)

·      Resiko terhadap kesehatan sangat kecil

·      Tidak mengganggu hubungan seksual

·      Siklus haid secara teratur,banyaknya darah haid berkurang (mencegah anemia)

·      Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih ingin menggunakannya untuk mencegah kehamilan.

·      Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause.

·      Mudah dihentikan setiap saat

·      Kesuburan segera kembali setelah penggunaan dihentikan

·      Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat

·      Membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker endometrium dll.

3.         Keterbatasan

·      Mahal dan membosankan karena harus menggunakan setiap hari.

·      Mual,terutama pada 3 bulan pertama

·      Perdarahan bercak atau perdarahan sela terutama 3 bulan pertama

·      Pusing

·      Nyeri payudara

·      Berat badan naik sedikit

·      Berhenti haid(amenorea),jarang pada pil kombinasi

·      Tidak boleh diberikan pada perempuan menyusui

·      Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi

·      Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan

·      Tidak mencegah IMS,HBV,HIV/AIDS.

 

 

b.         Suntikan Kombinasi

Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi IMsebulan sekali (Cyclofem),dan 50 mg Noretindron enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi IM sebulan sekali.

1.         Cara Kerja

·      Menekan Ovulasi

·      Membuat lendir serviks lebih kental

·      Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu.

·      Menghambat transportasi gamet oleh tuba

2.         Efektifitas

Sangat efektif (0,1-0,4) kehamilan per 100 perempuanselama tahun pertama penggunaan.

3.         Keuntungan kontrasepsi

·      Resiko terhadap kesehatan kecil

·      Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri

·      Tidak diperlukan pemeriksaan dalam

·      Jangka panjang

·      Efek samping sangat kecil

·      Klien tidak perlu menyimpan obat suntikan

4.         Keuntungan nonkontrasepsi

·      Mengurangi jumlah perdarahan

·      Mengurangi nyeri saat haid

·      Mencegah anemia

·      Khasiat pencegahan terhadap kanker ovarium dan kanker endometrium

·      Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium

·      Melindungi pasien dari jenis-jenis tertentu penyakit radang panggul

·      Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia perimenopause

5.         Kerugian

·      Terjadi perubahan pada pola haid,seperti tidak teratur

·      Mual,sakit kepala,nyeri payudara ringan

·      Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan

·      Efektifitasnya berkurang jika digunakan bersamaan dengan obat epilepsi atau obat tuberkulosis

·      Dapat terjadi efek samping yang serius,seperti serangan jantung,stroke,bekuan darah dll

·      Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian.

6.       Kontrasepsi Progestin

a.    Kontrasepsi suntikan progestin

Sangat efektif dan aman digunakan oleh setiap perempuan dan usia reproduksi. Kembalinya kesuburan lama,rata-rata 4 bulan. Cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI.

1.         Jenis

Terdiri dari 2 jenis suntikan yang hanya mengandung progestin yaitu:

1)    Depo Medroksiprogesteron Asetat(Depoprovera),mengandung 150 mg DMPA,yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskular (didaerah bokong)

2) Depo Noretisteron Enanat (Depo Noristerat),yang mengandung 200 mg Noretindron,diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuskular.

2.         Keuntungan 

·      Sangat efektif

·      Pencegahan kehamilan jangka panjang

·      Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri

·      Tidak mengandung estrogen

·      Tidak berpengaruh terhadap ASI

·      Sedikit efek samping

·      Klien tidak perlu menyimpan obat suntik

·      Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 thn

·      Membantu mencegah kanker endometrium

·      Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara

·      Mencegah beberapa penyakit radang panggul

·      Menurunkan krisis anemia bulan sabit

3.         Keterbatasan

·      Sering ditemukan gangguan haid seperti :

a.         Siklus haid yang memendek atau memanjang

b.        Perdarahan yang banyak atau sedikit

c.         Perdarahan tidak teratur

d.        Tidak haid sama sekali

·      Klien sangat bergantung pada tempat sarana kesehatan

·      Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya

·      Permasalahan berat badan efek samping tersering

·      Tidak menjamin perlindungan dari PMS

·      Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian

·      Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan pada organ genitalia

·      Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang

·      Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang (densitas)

·      Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina,menurunkan libido,gangguan emosi (jarang). 

b.    Kontrasepsi Progestin Mini Pil 

Cocok untuk perempuan yang ingin memakai pil KB tetapi sedang menyusui karena tidak menurunkan produksi ASI sehingga sangat  efektif digunakan pada masa laktasi.  Memiliki  dosis rendah dan tidak memberikan efek samping estrogen. Efek samping utama adalah perdarahan  bercak,atau perdarahan tidak teratur.Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat.

1.         Jenis Minipil

·      Kemasan dengan isi 35 pil : 300 µg levonorgestel atau 350 µg noretindon

·      Kemasan dengan isi 28 pil : 75 µg desogestrel

2.         Keuntungan Kontrasepsi

·      Sangat efektif bila digunakan secara benar

·      Tidak mengganggu hubungan seksual

·      Tidak mempengaruhi ASI

·      Kesuburan cepat kembali

·      Nyaman dan mudah digunakan

·      Sedikit efek samping

·      Dapat digunakan setiap saat

·      Tidak mengandung estrogen

3.         Keuntungan Nonkontrasepsi

·      Mengurangi Nyeri haid

·      Mengurangi  jumlah darah haid

·      Menurunkan tingkat anemia

·      Mencegah kanker endometrium

·      Melindungi dari penyakit radang panggul

·      Tidak meningkatkan pembekuan darah

·      Dapat diberikan pada penderita endometriosis

·      Kurang menyebabkan peningkatan tekanan darah 

·      Dapat mengurangi keluhan premenstrual sindrom

·      Sedikit sekali mengganggu metabolisme karbohidrat

4.         Keterbatasan

·      Hampir 30-60 % mengalami gangguan haid

·      Peningkatan/penurunan haid

·      Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama

·      Bila lupa satu pil saja kegagalan menjadi lebih besar

·      Payudara menjadi tegang,mual,pusing,dermatitis atau jerawat

·      Resiko kehamilan ektopik cukup tinggi (4 dari 100 kehamilan)

·      Efektifitasnya menjadi rendah bila digunakan bersamaan dengan obat tuberkulosis atau obat epilepsi

·      Tidak melindungi diri dari IMS,HIV/AIDS

·      Hirsutisme (tumbuh rambut/bulu berlebih pada daerah muka)

c.    Kontrasepsi Implan

1.         Profil

·      Efektif 5 tahun untuk Norplant

·      Nyaman

·      Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi

·      Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan

·      Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut

·      Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur,perdarahan bercak dan amenorea

·      Aman dipakai pada masa laktasi

2.         Jenis

·      Norplant : Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang panjang diameter 2,4 mm,yang diisi dengan 36 mg Levonorgestrel dan kerjanya 5 tahun

·      Implanon : Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm,dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-Keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun

·      Jadena dan Indoplant : Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg Levonorgestrel dengan lama kerja 5 tahun

3.         Keuntungan kontrasepsi

·      Daya guna tinggi

·      Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)

·      Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan

·      Tidak memerlukan pemeriksaan dalam

·      Bebas dari pengaruh estrogen

·      Tidak mengganggu kegiatan senggama

·      Tidak mengganggu ASI

·      Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan

·      Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan

4.         Keuntungan Nonkontrasepsi 

·      Mengurangi nyeri haid

·      Mengurangi jumlah darah haid

·      Mengurangi anemia

·      Melindungi terjadinya kanker endometrium

·      Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara

·      Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul

·      Menurunkan angka kejadian endometriosis

5.         Keterbatasan

Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak(spooting),hipermenorea,atau meningkatkan jumlah darah haid,serta amenorea.

d.   AKDR dengan Progestin

Jenis AKDR yang mengandung hormon steroid adalah steroid adalah Prigestase yang mengandung Progesteron dari mirena yang mengandung Levonorgestrel.

1.         Keuntungan Kontrasepsi

·      Efektif dengan proteksi jangka panjang (satu tahun)

·      Tidak mengganggu hubungan suami istri

·      Tidak berpengaruh terhadap ASI

·      Kesuburan segera kembali sesudah AKDR diangkat

·      Efek sampingnya sangat kecil

2.         Keuntungan Nonkontrasepsi

·      Mengurangi nyeri haid

·      Dapat diberikan pada usia perimenopause bersamaan dengan pemberian estrogen

·      Mengurangi jumlah darah haid

·      Sebagai pengobatan alternatif pengganti operasi pada perdarahan uterus disfungsional dan adenomiosis

·      Merupakan kontrasepsi utama pada perempuan perimenopause

·      Tidak mengurangi kerja obat tuberkulosis ataupun obat epilepsi

3.         Keterbatasan

·      Diperlukan pemeriksaan dalam dan penyinaran infeksi genitalia sebelum pemasangan AKDR

·      Diperlukan tenaga terlatih untuk pemasangan dan pencabutan AKDR

·      Klien tidak dapat menghentikan sendiri setiap saat

·      Pada penggunaan jangka lama dapat menyebabkan amenorea

·      Dapat terjadi perforasi uterus pada saat insersi

·      Kejadian kehamilan ektopik relatif tinggi

·      Bertambahnya resiko mendapat penyakit radang panggul sehingga dapat menyebabkan infertilitas

·      Mahal

·      Progestin sehingga meningkatkan risiko trombosis sehingga perlu hati-hati pada perempuan perimenopause

·      Progestin dapat menurunkan kadar HDL-kolesterol pada pemberian jangka panjang sehingga perlu hati-hati pada perempuan dengan penyakit kardiovaskuler

·      Memperburuk perjalanan penyakit payudara

·      Progestin dapat mempengaruhi jenis-jenis tertentu hiperlipidemia

·      Progestin dapat memicu pertumbuhan miom uterus

 

 

7.        Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) 

1.         Profil

·      Sangat efektif reversibel dan berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun:CuT-380A)

·      Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak

·      Pemasangan dan pencabutan memerlukan palatihan

·      Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi

·      Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang menderita IMS

2.         Jenis

·      AKDR CuT-380A

·      Kecil,kerangka dari plastik fleksibel,berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu).

·      AKDR  lain yang beredar di indonesia ialah NOVA T (Schering)

·      Selanjutnya yang akan dibahas adalah khusus CuT-380A

3.         Keuntungan

·      Sebagai kontrepsepsi efektifnya tinggi

·      AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.

·      Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380Adan tidak perlu diganti)

·      Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat

·      Tidak mempengaruhi hubungan seksual

·      Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil

·      Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)

·      Tidak mempengaruhi kualitas ASI

·      Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus

·      Dapat digunakan sampai menopause

·      Mencegah kehamilan ektopik

4.         Kerugian

a.    Efek samping yang umum terjadi:

·      Perubahan siklus haid (umumnya 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan)

·      Haid lebih lama dan banyak

·      Perdarahan (spotting) antarmenstruasi

·      Saat haid lebih sakit

b.    Komplikasi lain:

·      Merasakan sakit dan kejang selama 3 samping 5 hari setelah pemasangan

·      Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia

·      Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar)

c.    Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS

d.   Tidak baik digunakan pada perempuan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan

e.    Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR.PRP dapat memicu infertilitas

f.     Prosedur medis termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR.seringlali perempuan takut selama pemasangan

g.    Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1-2 hari

h.    Klien tidak dapat melepaskan AKDR sendiri

i.      Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui

j.      Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik

k.    Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu.

(Saifuddin, Buku Panduan Pelayanan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2006, Hal MK-1-7)

2.7    MANAJEMEN KEBIDANAN

2.7.1        Manajemen 7 Langkah Varney

Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan, dan setiap langkah disempurnakan secara priodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir drngan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan Tetapi, setiap langkah bisa diuraikan lagi menjadi langkah-langkah  yang lebih rinci dan hal ini bisa berubah sesuai dengan kebutuhan pasien, langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:

a.        Langkah 1. Pengumpuan data dasar

Pada langkah ini, dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan samua data yang diperlukan utuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu:

1.    riwayat kesehatan

2.    pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan

3.    meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya

4.    meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi

Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila klien mengajukan komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi.

b.        Langkah 2. Interprestasi data dasar

Pada langkah ini, dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah, dan kebutuhan klien berdasarkan interprestasi yang benar dan dasar tanda-tanda yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterprestasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis spesifik. Diagnosis kebidanan yaitu diagnosis yang ditegakkan oleh profesi (bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur (tata nama) diagnosis kebidanan. Standar nomenkultur diagnosis kebidanan tersebut adalah :

a.    diakui dan telah disahkan oleh profesi

b.    berhubungan langsung dengan praktis kebidanan

c.    memiliki ciri khas kebidanan

d.   didukung oleh clinical judgenment dalam praktik kebidanan

e.    dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.

c.         Langkah 3. Mengidentifikasi diagnosis atu masalah potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman.

d.   Langkah 4. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera. 

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan angota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi Manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus-menerus. Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu dokter.

e.         Langkah 5. Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengapi

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap perempuan tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan social ekonomi, cultural atau masalah psikologis.

f.          Langkah  6. Melaksanakan perencanaan

Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Manajemen yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.

g.        Langkah 7. Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat dianggap efektif  jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.

Mengingat bahwa proses manajemen asuhan kebidanan  ini merupakan suatu hasil pola fikir bidan yang berkesinambungan, maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut.

(Muslihatun, Dokumentasi Kebidanan, 2009, Hal 133-139)

2.6.2   SOAP

Pendokumentasian atau catatan manajemen kebidanan dapat diterapkan dengan metode SOAP yang merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan tertulis. Kepanjangan dari SOAP adalah

1.      S (data subjektif)

Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui anamnesis. Data subyektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhan dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis. Data Subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun. Pada pasien yang bisu, di bagian dada di belakang huruf diberikan tanda O atau X. Tanda ini menjelaskan bahwa pasien adalah penderita tuna wicara.

2.      O (data objektif)

Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari  pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik lain. Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.

3.      A (Assesment)

Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi atau kesimpulan dari data subjektif dan objektif. Pengkajian data ini masuk dalam sifat dinamis (dapat berubah-ubah) disebabkan kondisi pasien yang mengalami perubahan, hal ini akan menuntut bidan untuk untuk sering melakukan analisis data yang dinamis. Analisis merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan, menurut Helen Varney adalah langkah kedua, ketiga dan keempat, sehingga mencakup hal-hal yaitu diagnosis/masalah kebidanan, diagnosis/masalah potensial, mengidentifikasi kebutuhan tindakan untuk antisipasi diagnosis/masalah potensial dan kebutuhan tindakan segera harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan meliputi : tindakan mandiri, tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk klien.

4.      P (Planning)

Adalah membuat rencana asuhan saat ini dan akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraan. P dalam metode SOAP ini juga merupakan gambaran pendokumentasian implementasian menejemen kebidanan menurut Helen Varney langkah kelima, keenam dan ketujuh. Dalam planning juga harus dicantumkan evaluation/evaluasi yaitu tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai efektifitas asuhan.

(Muslihatun, Dokumentasi Kebidanan, 2009, Hal 122-125)

 

Tinggalkan komentar